‘’Menikahlah denganku, Irene.’’ Sebuah permohonan yang begitu kuat, disampaikan Suho dari lubuk hatinya yang paling dalam. Berharap tak ada penolakan di situasi gila seperti ini. Karena ia yakin, dirinya benar-benar akan gila jika Irene kembali pergi meninggalkannya.
Mata Irene berkaca-kaca, bohong bila ia katakan tak menderita. Dusta, bila ia bilang baik-baik saja. Karena situasi yang ia alami selama ini cukup membuatnya kewalahan untuk membendung air mata. Ditambah dengan permintaan Suho barusan. ‘’Bahkan ketika aku jelas-jelas sudah merelakanmu untuk perempuan lain? Kenapa kita masih saja bertemu?’’ Senyumnya mengembang pedih. Ia pun lelah untuk terus menghadapi setiap rentetan kisah yang penuh keegoisan seperti ini.
‘’Aku yang memutuskan tidak ingin pergi, aku tidak bisa membiarkan hatiku membeku karena kehilanganmu lagi, dan tidak sanggup merasakan pahitnya hari-hari yang sudah terlanjur berlari.’’ Untuk bagian ini, Suho benar-benar merasa hatinya seketika dicambuk seiring kalimat yang ia lontarkan.
‘’Tapi pada realitanya kamu milik perempuan lain, lagipun aku tidak bisa untuk kembali, Suho,’’ ujar Irene. Air matanya kembali jatuh, namun ia segera menghapusnya.
‘’Aku bukan milik perempuan lain.’’ Suho menggeleng, ‘’Aku milikmu, Irene. Ayo kembali bersama,’’ ujar Suho, suaranya terdengar merana.
Irene menggeleng, rasa sesak itu kembali lagi. ‘’Dan melupakan Jisoo? Melupakan fakta bahwa kau akan menikah?’’
Air mata Irene menetes deras, tetapi ia katupkan rahang agar tak sempat terisak. ‘’Semuanya sudah selesai, aku putuskan untuk berakhir. Masa lalu tetap harus menjadi masa lalu bagiku, Suho.’’
‘’Tidak ada pernikahan antara aku dengan Jisoo.’’ Suho menatap jauh ke dalam manik mata Irene.
Irene memandang tak percaya pada Suho, menelusuri tiap mimic wajah pria itu, berusaha mencari pembenaran atas perkataan yang baru saja ia dengarkan.
‘’Aku akan membatalkan pernikahan kami.’’
Tubuh Irene bergetar, tetes demi tetes air mata itu jatuh menuruni pipinya. ‘’Kenapa kau selalu egois? tidak pernahkah kau memikirkan perasaan Jisoo?’’ ucap Irene, ia memandang Suho tajam dibalik bola mata yang memerah.
‘’Jisoo akan menerima keputusanku ini, dan tentang egois, apakah aku bisa sedikit merasakan kebahagiaan denganmu jika tidak bersikap egois? Jawab Irene!’’ Suho menaikkan nadanya, rahangnya mengeras. Lelah untuk terus disudutkan.
Irene terisak, wajahnya basah. ‘’Sudah berlalu, Suho,’’ katanya menarik napas. ‘’Sudah berlalu,’’ lagi ia menyabarkan hati dan menolak. Cukup sudah semua ini. Membahas masa lalu tak akan membuat nasib mereka berubah menurut Irene.
Irene telah belajar banyak mengenai makna hidup dari waktu. Ribuan kali pun ia menangis, satu detik pun dunia tidak pernah mau tahu lukanya.
Suho terdiam, ‘’Apakah tidak ada harapan untuk kita?’’ tanyanya.
Irene menggeleng pelan.
‘’Bahkan jika pertunangan dan rencana pernikahanku dengan Jisoo tidak pernah ada?’’ tanya kembali.
Irene sekuat tenaga untuk tetap tegar, rasa sakit itu menusuk hatinya berkali-kali dengan sakit yang semakin bertambah. Semua kenangannya dengan Suho kembali berputar, hingga dimana kertas diagnose terlaknat itu kembali menghancurkan impiannya dan memaksanya menghilang. ‘’Bagiku, masa lalu tidak untuk diulang, Suho.’’ Irene mengalihkan pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love The Painful [SURENE ft. JINSOO]
RomanceIrene awalnya tidak pernah menyangka jika kepulangannya ke Korea akan mengubah banyak hal. Rencana pernikahan Jisoo dan mantan kekasihnya membuat Irene menemui babak baru dalam kehidupannya yang semakin rumit. Ia pikir waktu sudah membawanya berlaya...