31. "The End Of Selfishness"

1.1K 123 64
                                    





‘’Habiskan waktu satu hari dengan Suho.’’

Kalimat itu terus tergiang-giang dalam pikiran Irene, bahkan sedari tadi ia tidak sadar jika mobil yang membawanya dan Suho sudah berhenti dan tampak pria itu yang keluar dari mobil, berjalan memutarinya dan berhenti untuk membuka pintu bagi Irene


‘’Kita di mana?’’ tanya Irene sesaat setelah keluar dari mobil, ia mencoba mengeraskan suaranya karena jalanan di sekitar yang sangat ramai. Suara kendaraan yang malang-melintang membuat Irene harus berusaha sedikit ekstra.


Kemudian Irene menoleh saat merasakan sesuatu menyentuh tangannya, dapat ia lihat kini tangan kirinya yang sedang digenggam oleh Suho. Hatinya sedikit bergetar saat mendapati satu cincin indah yang melingkar di jari manis pria itu. Tidak seharusnya ia seperti ini.


Suho menggenggam erat tangan itu dengan sepenuh hati. Suho sebenarnya juga tidak tahu kemana mereka akan pergi. Tetapi, yang ia tahu bahwa sungai han sudah berada di depan mata.


Mereka berdua kemudian memilih duduk di sebua bangku di mana itu adalah tempat yang sangat pas untuk menikmati keindahan sungai han. Namun dengan suasana hati Irene yang sekarang, jangankan menikmati, untuk sekedar melupakan bebannya saja tampak tak mudah.


Suho yang sadar dengan gelagat aneh dari Irene tampak menoleh, ia masih menggenggam jemari lentik itu. Memandang Irene dari samping dengan jarak yang begitu dekat seperti sekarang seketika membuat Suho ingin menghentikan waktu.


‘’Aku tahu wajah cantikku memang menawan, jadi berhentilah melihatku seperti itu.’’ Irene berucap setelah memergoki Suho yang memandanginya sedari tadi, sedangkan Suho yang dipergoki tampak tidak masalah, sebab sampai sekarang ia tampak masih memerhatikan Irene dengan pandangan mata yang begitu tulus.


Lama mereka menghabiskan waktu hanya sekedar duduk diam dan menikmati pemandangan sungai han di bawah langit sore. Orang-orang sepertinya mulai pulang. Dan kini yang tersisa hanya mereka berdua. Ah, Irene lupa menelepon Seulgi. Pasti gadis itu sekarang sedang menjaga butik dengan kesal.


‘’Aku ingin menua bersamamu,’’ ucapan Suho menghentikan niat Irene untuk mengambil ponselnya.


‘’Melihat matahari terbit ditemani secangkir kopi hangat. Dan tanganku tidak kesepian karena sedang menggenggam erat tanganmu. Aku juga ingin menua bersamamu, melihat wajahmu dengan segala keriput yang timbul. Lalu aku akan mengatakan ‘aku sangat mencintaimu’ aku tidak akan pernah melepas genggaman tangankun sampai ajal menjemput kita.’’


Irene tidak percaya atas apa yang Suho ucapkan. Apa dia baru saja membaca sebuah puisi atau memang dia menghafal puisi itu? Rona merah di wajah terlihat jelas dari tulang pipi Irene.


‘’Aku mencintaimu, Suho,’’ ucap Irene dalam hati.


‘’Terima kasih, Suho. Aku juga mencintaimu,‘’ ucap Irene memberanikan diri. Suho tertegun dengan apa yang baru saja ia dengar. Ia kemudian menatap Irene dengan serius, salah satu tangannya menyentuh pipi Irene.


Dan entah keberanian dari mana, Irene memajukan wajahnya dan perlahan-lahan ia memangut bibir Suho dengan lembut. Hal itu tentu saja membuat Suho terkejut bukan main. Namun detik berikutnya Suho pun membalas ciuman itu, ciuman yang benar-benar manis tanpa unsur paksaan. Ia merindukan ini, rindu dengan rasa ini dan suasana ini.


‘’Dan sekarang semuanya aku akhiri,’’ ucap Irene setelah melepas ciumannya.


Dahi Suho berkerut, bingung dengan apa yang baru saja Irene katakan, ‘’Apa maksudmu?’’ tanyanya.


Love The Painful [SURENE ft. JINSOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang