37. "The Troubles Begin to End"

1.4K 144 57
                                    

Plaaaaak...

''Sayang!'' Nyonya Kim tersentak kaget, seketika berdiri dari duduknya dan berusaha menenangkan sang suami. Beliau tidak menyangka bahwa kemarahan suaminya bisa begitu besar seperti ini.

Sementara Jisoo tampak menutup mata dan menahan perih di pipinya dengan kedua tangan yang terkepal. Tamparan yang ia terima dari sang Ayah benar-benar mampu membuat hatinya perih. Bibirnya bergetar, serta mata yang mulai menumpahkan cairan beningnya. Tetapi dirinya bergeming dan menerima, sebab ia sadar betul apa pemicu tindakan anarkis Ayahnya yang pertama kali dalam hidupnya ini. Jisoo berusaha menahan air matanya yang sudah menggenang di pelupuk matanya.

''Anak tidak tahu malu!''

Hardikan itulah yang sedari tadi ia dengar. Tapi sekali lagi, ia tidak ingin melawan sang Ayah.

''Ayah menyekolahkanmu tinggi-tinggi, memberikan semua yang terbaik untuk kehidupanmu. Bukannya punya otak! Kau malah menjatuhkan kehormatan keluarga ini!''

Ya begitulah, perkataan kasar Ayahnya yang pertama kali dan begitu menusuk dalam hidupnya. Jisoo merasakan hatinya hampir meledak, begitu sakit dengan reaksi yang Ayahnya berikan.

Namun sekali lagi, orang tua mana yang tidak akan marah besar? Ketika sang anak yang mereka pikir sudah mereka didik dengan baik dan benar, malah melakukan hal yang mereka pikir tabuh. Seperti yang kini terjadi padanya.

''Selama ini Ayah berpikir jika sudah berhasil menjadi orang tua yang baik untukmu, tapi apa? Pembatalan pernikahan yang kau lakukan secara sepihak beberapa waktu lalu tidak mencerminkan sopan santun sama sekali, dan apa ini?'' Tuan Kim tampak mengelus dadanya, berusaha mengatur nafasnya. ''Tidak cukup kau merusak citramu di depan orang tua Suho, kini kau malah mencoreng kehormatan keluarga ini!''

Air mata jisoo jatuh, perlahan-lahan ia membuka matanya dan menatap kedua orang tuanya. Jisoo meringis saat mendapati tatapan sang Ayah yang benar-benar kecewa padanya, dan juga Ibunya yang tampak sama.

Semua keegoisan dan kecerobohannya selama ini akhirnya berbuah, dapatkah ia sebut ini sebagai karma? Keberadaan Seokjin yang tidak ia ketahui, serta murka sang Ayah yang tidak dapat ia hindari.

''Sekarang Ayah tanya ... siapa Ayah dari bayi itu?'' tanya Tuan Kim, pandanganya perlahan meluruh.

Jisoo tidak menjawab, bukannya tidak bisa, hanya saja ia tidak mau. Ia takut jika Ayahnya akan mengamuk di kediaman orang tua Seokjin, ia tidak siap untuk semua itu.

Melihat anaknya yang hanya diam tanpa ada niatan untuk menjawab, lantas membuat Tuan Kim bertambah murka.

''Kau tidak ingin menjawab? HA!''

Tanpa terduga tuan Kim menarik tangan Jisoo dengan kasar, menyeret anaknya tersebut ke lantai dua, tepat di kamar Jisoo. Ny. Kim terkejut dengan semuanya, ia berlari menyusul sang suami, takut pria paru baya itu menyakiti anaknya sendiri.

Jisoo di hempaskan ke dalam kamarnya oleh sang Ayah. ''Diam di sini! Jangan bermimpi untuk keluar jika Ayah belum tahu siapa yang berani menanam benihnya di dalam rahim mu!''

Brak!

Pintu kamar tersebut tertutup dengan kasar, terdengar suara kunci yang diputar dari luar. Lantas Jisoo yang semula terjatuh di lantai kini merangkak ke arah pintu. Berusaha menggedor-gedor pintu tersebut. ''Ayah! Jisoo mohon buka pintunya, Ayah!'' ujarnya memohon, namun percuma, sebab taka da tanda-tanda pintu itu akan terbuka.

***

Seokjin memerhatikan sosok Irene yang tengah tertidur dengan pulas, satu jam lagi pesawatnya akan take off. Awalnya dia menolak untuk meninggalkan Irene, namun kini semuanya berubah, perempuan itu memaksanya untuk tetap pada rencana awalnya, tidak ingin menjadi bebannya. Padahal Seokjin pikir Irene itu sama sekali tidak membebaninya.

Love The Painful [SURENE ft. JINSOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang