26. "She returns"

840 110 22
                                    




Suho menghela napas panjang dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, memandang sosok perempuan yang masih terbaring tak berdaya dengan penuh rasa putus asa, seperti biasanya.


Setiap hari, setelah kegiatannya selesai ia akan mengunjungi Jisoo, membacakan sebuah novel untuk tunangannya itu, dan mengingat semua perlakuannya yang beberapa kali mengkhianati perempuan itu dengan rasa bersalah yang menghujam hatinya semakin dalam, membuatnya memandang Jisoo dengan tatap berbingkai air mata.


Suho menatap langit-langit ruang yang selama seminggu ini menjadi tempat berdiamnya Jisoo. Perempuan itu sendirian, dan hanya ditemani oleh suara dari alat-alat pembantu kehidupannya untuk melawan keheningan. Sesekali hanya para petugas medis yang akan memeriksa keadaannya, atau mungkin orang tuanya yang datang dan menghabiskan waktu untuk menangis dan menggenggam tangan sang anak.


‘’Dia mungkin kehilangan kesadarannya, tapi tidak dengan kemampuan untuk tetap bisa mendengar dan merasakan sentuhan yang kita berikan.’’


Perkataan dokter itu yang selalu menjadi alasan terkuat Suho untuk terus bercerita dan menganggap bahwa akan ada keajaiban di mana Jisoo merespon perkataannya. Tapi hingga sekarang bahkan setelah lelah meyakinkan diri semua akan kembali baik-baik saja tetap tidak ada tanda apa pun yang menunjukkan bahwa keadaan akan kembali seperti sedia kala.


Suho meraih tangan Jisoo, melingkupi tangan lembut yang kini terasa dingin itu. Lagi-lagi air matanya jatuh dan Suho mulai terisak pelan di sampingnya.


Suho mengusap lembut tangan Jisoo dengan ibu jarinya. ‘’Jisoo… kapan kau akan kembali?’’


***


Melalui kaca kecil di pintu ruang rawat Jisoo, Irene memerhatikan bagaimana perlakuan lembut Suho untuk sepupunya itu. Bahkan pria itu rela untuk menemani Jisoo setiap pulang kantor meski tubuhnya yang tengah terserang penat.


Apa Suho mulai mencintai Jisoo? Apa pria itu mulai sadar bagaimana pentingnya sosok Jisoo untuk hidupnya?


Cemburu, munafik jika Irene menyangkal perasaan yang beberapa kali menghantam ulu hatinya itu dengan keras. Tapi bukankah ini yang selama ini ia minta? Benar, selama ini Irene ingin Suho memilih Jisoo daripada dirinya sendiri.


Lantas kenapa sekarang hatinya merasa tidak rela? Bukan hanya tentang perasaan, namun posisinya dari awal pun juga sudah salah. Posisi yang bagaimana pun akan tetap di salahkan.


Bak kisah percintaan Pangeran Charles dan Camilla hingga membuat Lady Diana menjadi korban. Pada akhirnya dunia tetap mencintai Lady Diana yang memang menyandang status resmi sebagai istri pertama sang Pangeran, begitupun dengan Jisoo. Sejak awal perempuan itu sudah menemani Suho, sementara Irene? Posisinya persis dengan Camilla yang akan tetap diingat sebagai perebut milik orang lain jika terus melanjutkan keinginan hatinya yang meminta Suho untuk tetap di sisinya.


Seharusnya Irene ikhlas dengan ini, mencintai bukan berarti harus memiliki, bukan? Manusia hanya bisa berencana, namun Tuhanlah yang memutuskannya. Cinta bukanlah pilihan, karena jika memang cinta itu pilihan, maka Irene akan lebih memilih mencintai pria lain di luar sana dari pada Suho yang sudah menjadi milik orang lain.


Irene kembali memusatkan atensinya pada dua anak manusia yang ada di dalam ruangan itu. Tanpa sadar Irene menyentuhkan tangannya di atas dada, seolah sedang merasakan sakit di sana. Pandangannya pun seolah mengabur karena air mata.


Tetesan bening jatuh membasahi pipinya, namun bibirnya malah mengukir sebuah senyuman. Senyuman yang siapa pun tahu bahwa itu tidak tulus.


Love The Painful [SURENE ft. JINSOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang