18. "Other Grief "

830 113 25
                                    


Ny. Kim membuka pintu lebar-lebar, mendapati dua orang dengan keadaan kacau luar biasa, Irene dan juga putranya-Suho. Tatapannya kemudian jatuh pada pria yang terlihat sudah menangis, membuatnya menyunggingkan senyum getir sebelum beralih pada Irene.


Irene menelan salivanya susah payah. Ia tidak ingin menangis lagi. Sudah cukup sering air matanya keluar tanpa izin. Sebagai gantinya, Irene mencoba tersenyum, menatap sehangat mungkin pada wanita paruh baya di hadapannya.


‘’Sore, maaf karena mengganggu waktumu, Bibi Kim.’’ Irene menggigit bibir bawahnya, menahan desakan untuk terisak karena bersikap terlalu apatis pada wanita yang pernah menganggapnya sebagai putrinya dulu. ‘’Suho mengajakku berkunjung—‘’


Kalimat Irene tak selesai, tubuhnya mematung saat Ny.Kim- Ibu Suho langsung mendekapnya dalam pelukan, wanita tua itu memeluknya.


‘’Kemana saja kau selama ini? Bibi sangat merindukanmu, sayang.’’


Irene memejamkan mata, tak sanggup menjawab pertanyaan itu. Kedua tangannya terangkat dan membalas pelukan Ibu Suho, pelukan yang rasanya masih sama dengan pelukan tujuh tahun yang lalu. Masih hangat dan nyaman.


Ny. Kim melerai pelukana lebih dulu, kemudian menggenggam kedua tangan Irene, ‘’Masuklah.’’


Irene masih mematung di tempatnya, membuat dua orang lain itu kembali mengarahkan atensi.


‘’Ada apa, Irene?’’


‘’Tidak, Bibi, aku hanya …’’ Irene memejamkan mata, ia menatap Ny. Kim dengan dengan sendu. ‘’Aku harus pergi,’’ ucapnya.


Ny. Kim menatap Irene lekat, lama sekali. ‘’Kenapa? Kau tidak perlu takut, semuanya akan baik-baik saja, jika kau merasa tidak enak pada suamiku, tenanglah, dia sedang tidak di rumah.’’


‘’Tidak, Bibi, Suho beberapa bulan lagi akan menikah. Tidak baik jika aku tetap di sini bersama kalian, aku harus pergi.’’


Tatapan Ny. Kim kembali jatuh pada Suho, pria itu hanya membalas dengan sorot mata bersalah. Ny. Kim menggeleng. ‘’Tidak, Irene.’’ Ny. Kim menatap genggaman tangannya dan juga Irene. ‘’Tinggal lah sebentar saja, Bibi benar-benar merindukanmu.’’


***

‘’Kau di sini?’’


Irene berbalik dan hampir memekik saat menemukan Suho menghampirinya. Ia sedang menyendiri di taman belakang rumah orang tua pria itu, sebenarnya bukan menyendiri, lebih tepatnya bersembunyi. Sebuah harapan yang sia-sia karena masih berada di tempat yang sama dengan pria itu.


Saat Suho membawanya ke alamat yang terasa tak asing, ia ingin berontak, tapi terlalu enggan untuk terlibat pembicaraan apapun dengan pria Kim itu. Akhirnya, semua tanda tanya itu terjawab. Rumah besar ini adalah tempat tinggal orang tuanya.


Merasa sedikit tak nyaman jika harus bersama dengan Suho dan Ibunya di satu ruangan. Oleh karena itu Irene memilih berdiam diri di sini, merenungkan sesuatu yang ia sendiri tak tahu ke mana tujuannya.


‘’Aku ingin bicara,’’ ucap Suho.


‘’Di mana Bibi?’’


‘’Ibuku punya urusan lain, sekarang hanya ada kita.’’


Irene memejamkan matanya. ‘’Suho … tolong mengertilah, bagaimanapun kita berada di antara kebahagiaan banyak orang.’’


‘’Kau yang harus mengerti, Irene! Aku mencintaimu!’’ suara Suho meninggi, membuat Irene memalingkan wajahnya berusaha menyembunyik air yang sudah menggenang di pelupuk matanya.


Love The Painful [SURENE ft. JINSOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang