Senyum manis Suho muncul. Gadis bersurai hitam keluar dari kamar tidurnya.
''Bagaimana tidurmu?'' tanya Suho disela kegiatannya menonton acara TV yang menampilkan acara pertandingan mobil balap.
Kesayangannya, Bae Irene, berjalan lunglai mendekat pada Suho. Masih dengan nyawa yang belum terkumpul ia kembali terduduk di sofa abu-abu, tepat di sebelah Suho. Kepala Irene bersandar pada dada bidang pria itu.
Soreh tadi tepat setelah adegan dramatis penuh air mata berlangsung dan dilakoni oleh mereka di bawah guyuran hujan membuat Irene sedikit mengantuk, oleh karena itu setelah mandi dan berganti pakaian gadis mungil itu memilih untuk tidur dan mengistirahatkan tubuhnya.
''Tidurmu nyenyak?'' Suho kembali mencoba bertanya.
Tidak ada balasan.
Suho melirik dari sudut matanya. Ternyata Irene kembali memejamkan mata. Melihat wanita yang dicintainya itu beristirahat membuat Suho membenarkan posisi tubuhnya agar Irene dapat bersandar dengan nyaman, tak lupa kebiasaan Suho mengusap lembut rambut gadis itu berulang kali.
Waktu terus berjalan. Tak ada tanda-tanda Suho ingin bergerak sesenti pun.
Ia sungguh menikmati detik-detik yang ia habiskan bila gadis ini berada di sampingnya.
Karena Suho merasa jika semua ini tidak akan bertahan lama, masih banyak rintangan yang menghadang mereka kedepannya, seakan siap membuat mereka menderita agar memutuskan berpisah. Namun dia tidak akan melepas Irene semudah itu Karena selama dia masih bernyawa dia akan terus berusaha agar dapat hidup bahagia dengan gadisnya itu.
***
Suho dan Irene memakan makan malam mereka dalam diam. Hanya terdengar suara benturan sumpit dengan mangkuk yang tersedia di hadapan mereka.
Irene telah menghabiskan sisa akhir makanannya, gadis itu bersiap membawa mangkuk dan piring kotor ke pencucian. Suho memerhatikan tiap detail gerakan Irene mulai dari beranjak dari duduk, berjalan, sampai menuangkan sabun cuci ke spons. Semua benar-benar tak luput dari tangkapan matanya.
Begitu Irene menyelesaikan kegiatannya dan berbalik, Suho spontan kembali sibuk dengan makanan yang telah ia buat tadi untuk mereka berdua.
Tanpa menunggu Suho. Tidak ada sepatah kata dari Irene, gadis itu melangkah keluar dari area dapur menuju ke kamar Suho. Ya sekarang mereka sedang berada di apartemen baru milik pria bermarga Kim itu.
Mata Suho menatap kosong piringnya yang masih terdapat beberapa suapan. Selera makan pria itu tiba-tiba hilang. Dengan malas Suho membuang sisa makanannya tanpa mencuci peralatan makanan yang telah ia gunakan dan menyusul Irene kedalam.
Tubuh menjulangnya terhenti di depan pintu kamar. Memandang knop pintu termenung, pikiran pria itu kosong. Batinnya menimbang apakah harus ia membuka pintu itu atau tidak.
Akhirnya Suho memutuskan untuk membuka pintu tersebut.
Setelah terbuka ia menemukan Irene yang terlihat berdiri di depan cermin besar, mengenakan mantelnya yang kebetulan sudah kering dan menguncir rambutnya. Begitu seriusnya sampai Irene tidak merasakan kehadiran Suho di belakangnya.
Suho menatap cerminan mereka berdua.
''Kau akan pergi?
Irene selesai menguncir rambutnya dan menatap Suho melalui pantulan cermin. ''Hem, bagaimanapun kau calon suami Jisoo, tidak baik jika aku tetap tinggal untuk waktu lama.''
Mata pria itu masih sama dengan Irene, saling menatap melalui pantulan cermin dengan tatapan sendu, terlihat ada banyak masalah yang terbendung dalam mata mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love The Painful [SURENE ft. JINSOO]
RomanceIrene awalnya tidak pernah menyangka jika kepulangannya ke Korea akan mengubah banyak hal. Rencana pernikahan Jisoo dan mantan kekasihnya membuat Irene menemui babak baru dalam kehidupannya yang semakin rumit. Ia pikir waktu sudah membawanya berlaya...