Jisoo merasa Seokjin sukses mengintimidasinya dan membuatnya hilang control. Besarnya gairah yang menguasai dirinya membuatnya dengan suka rela membalas ciuman mantan kekasihnya itu, bahkan kedua lengannya dengan tak tau diri mengalun indah di leher Kim Seokjin.
Bunyi decakan lidah yang beradu memenuhi kantor pribadi Seokjin, suhu ruangan yang mendadak naik menjadi saksi ciuman pertama mereka sejak berpisah. Kedua manusia yang dibutakan hasrat dan rasa cinta yang terpendam meledak-ledak itu merasa lupa akan segalanya.
Sreet
Dengan sekuat tenaga Jisoo mendorong tubuh Seokjin hingga ciuman mereka terlepas. ''STOP! BERHENTI DISANA!'' teriaknya keras dengan nada frustasi, ia tidak tau kenapa bisa hilang kendali seperti ini.
Seokjin menarik kakinya yang semula berniat mendekati Jisoo, hatinya sakit mendengar teriakan penolakan gadis cinta pertamanya itu. Bahkan setelah sejauh ini, setelah ciuman panas yang mereka lakukan nyatanya gadis itu tetap menolaknya. Apakah perasaan gadis itu benar-benar telah berubah?
Seokjin tersenyum pahit kemudian menoleh kesamping dan menatap tepat kearah kaca jendela besar di ruangan itu. ''Apa akan terus seperti ini, sayang?''
''Apa yang kau lakukan?''
''Cinta mati atau cinta yang rumit pada dasarnya cinta itu adalah hal terkejam di dunia ini.'' Ucap Seokjin sembari memberi jeda, ''Tapi dengan bodohnya aku tetap membiarkan diriku terjerumus kedalam hal itu.''
''Satu hal yang harus kau ingat Seokjin.'' Jisoo menatap tajam pria itu.
''Apa itu?''
''Bahwa aku bukan lagi milikmu, aku yang sekarang ini adalah tunangan dan calon istri Suho.'' Ucapnya sarkastis.
''Hahah, apakah Suho pernah menyatakan cintanya padamu dengan tulus?'' tanya Seokjin dengan nada mengejek sembari menatap Jisoo dengan pandangan meremehkan.
Pertanyaan Seokjin menyentak Jisoo, gadis itu terdiam tanpa tahu harus berkata apa. Selama ini Suho tidak pernah sekalipun mengatakan cinta padanya, yang pria itu katakan hanyalah usaha untuk mencintainya. Dan semua itu berbeda.
''Cinta datang karena keterbiasaan, dan dia akan terbiasa dengan kehadiranku saat kami menikah nanti.'' Balas Jisoo penuh pembelaan tak terima dengan Seokjin yang meremehkannya.
''Kenapa kau bisa begitu yakin? Seharusnya kau tau, cinta memiliki banyak defenisi. Dan cinta yang datang karena terbiasa itu tidak berlaku untuk semua orang.''
Jisoo menatap tajam kearah Seokjin, pria itu benar-benar sulit dimengerti. Baru saja ia menjadi pria yang manis dengan sikap lemah lembutnya namun dengan sesaat ia kembali berubah dengan pria beraura kelam, penuh ambisis dan menyebalkan.
''Shhh, aku tau kau akan mengatakan aku kejam.'' Seokjin meletakkan telunjuk di depan bibirnya sendiri mengisyaratkan Jisoo untuk diam dan menyela ucapan yang akan di lontarkan gadis itu.
Dia kemudian berjalan dan kembali duduk di kursi kerjanya, kakinya ia letakkan di atas meja dan kemudian meraih selembar undangan yang diberikan Jisoo tadi, matanya menatap kearah Jisoo dan undangan itu secara bergantian.
''Sebenarnya aku berniat untuk membuat kejutan di hari ulang tahunmu nanti, hanya berdua. Tapi aku tidak menyangka kau akan mengadakan pesta, seperti bukan dirimu saja.'' Ucap Seokjin dengan nada keheranan, pasalnya semenjak kecil hingga ia beranjak dewasa Jisoo adalah tipikal gadis yang membenci pesta di hari ulang tahunnya, gadis itu hanya ingin merayakan dengan orang terkasihnya saja.
''Aku harap kau datang, ayah dan ibu menginginkan kehadiranmu dengan Irene.'' Balasnya sembari menatap Seokjin dengan pandangan biasa.
''Dan aku harap juga, kau tidak menyiapkan kejutan spektakuler untukku nanti, Jisoo sayang.'' Seokjin menatap Jisoo, seakan-akan ingin menelan gadis itu melalui tatapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love The Painful [SURENE ft. JINSOO]
RomanceIrene awalnya tidak pernah menyangka jika kepulangannya ke Korea akan mengubah banyak hal. Rencana pernikahan Jisoo dan mantan kekasihnya membuat Irene menemui babak baru dalam kehidupannya yang semakin rumit. Ia pikir waktu sudah membawanya berlaya...