Vol. 1: Senja - 06

2.6K 388 14
                                    

Dua minggu berlalu sejak pesta Arjuna, dan Senja tidak pernah menghubungiku lagi. Aku mengiriminya pesan beberapa kali, tapi tidak ada balasan darinya. Akun sosial medianya mendadak tidak aktif, dan saat itulah aku mulai merasa gelisah. Apakah dia mencoba menghindar dariku? Kenapa dia melakukannya?

Sejujurnya, aku tidak mau melakukan apa yang akan aku lakukan sekarang, tapi kurasa tak ada pilihan lain lagi. Hari ini aku sedang makan siang dengan Kharisma, dan aku memintanya untuk menghubungi Andreas. Kharisma mengernyitkan dahi, dan ia langsung berhasil mengetahui apa yang menggangguku.

"Kamu ada masalah apa dengan Senja?"

"Ah, kok kamu tahu?"

"Wajahmu enggak bisa bohong, Njan. Semua tergambar jelas, rasanya seperti membaca buku." Kharisma menyeruput es teh manis pesanannya, lalu meletakkan ponselnya di hadapanku. "Aku dengan senang hati akan membantu, tapi itu setelah kamu cerita apa yang terjadi sebenarnya."

"Enggak banyak yang bisa aku ceritakan, Khar. Aku sendiri enggak tahu apa yang terjadi. Kamu ingat pesta di tempat Arjuna? Kami sedang mengobrol biasa, lalu aku pergi mengambilkannya minum, dan dia tiba-tiba pulang ke rumah tanpa menemuiku terlebih dulu. Dia bilang ada urusan mendadak. Setelah itu, aku enggak bisa menghubunginya sama sekali."

"Ah, Andreas pernah membahas ini sebelumnya."

"Apa maksudmu? Apa benar ada sesuatu yang terjadi pada Senja?"

"Sesuatu selalu terjadi kalau kita bicara Senja, itu yang selalu Andreas bilang. Sebenarnya, dia cukup terkejut karena kamu bisa dekat dengannya, atau sebaliknya, dia bisa terbuka ke seseorang."

"Arjuna juga sempat mengatakan hal yang sama. Sebenarnya, ada apa dengan Senja?"

"Aku enggak tahu detailnya, tapi Andreas bilang kalau Senja itu orang yang rumit. Sulit memahami apa yang dia inginkan. Bahkan, kemungkinan Senja sendiri enggak tahu apa yang sebenarnya dia mau. Senja bukan orang yang bisa dekat dengan sembarang orang, karena dibutuhkan kesabaran ekstra untuk menghadapinya.

Andreas bilang kalau sosok yang kita lihat saat pameran, atau yang kita ajak bicara saat makan bersama, itu bukan Senja. Senja cenderung berubah menjadi orang lain saat sedang membicarakan seni, sedangkan sosok yang ia perlihatkan saat kita makan malam bersama adalah sosok yang juga asing bagi Andreas dan Arjuna. Pokoknya, dia enggak seperti yang kita kira. Senja bukan orang yang ramah atau bersahabat."

"Kalau begitu, siapa dia sebenarnya? Orang seperti apa dia?"

"Kalau itu, aku juga enggak tahu. Aku bisa menghubungi Andreas dan memintanya bertemu kita kalau kamu memang penasaran. Kamu juga ingin tahu bukan, apakah Senja benar sedang dalam masalah, atau kamu sedang menghadapi Senja di habitat aslinya?"

Aku mengangguk lemah. Situasi ini sangat tidak ideal, dan hanya membuatku jadi tidak karuan. Jika benar apa yang dikatakan Arjuna dan Andreas, soal seperti apa sosok Senja sebenarnya, maka pertanyaan selanjutnya yang akan muncul adalah, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak tahu sisi lain Senja, dan aku juga tidak yakin apakah aku siap menghadapinya, terlebih saat aku sendiri punya misi pribadi yang tak kalah penting. Namun, aku teringat satu hal, yang membuatku mendadak tak punya pilihan. Senja tahu soal 'kutukanku'. Rahasia hidupku saat ini ada di tangannya. Aku tidak bisa mengabaikan masalah ini, karena jika memang Senja bukan orang yang sama seperti yang aku kenal, maka saat ini rahasiaku sedang berada dalam bahaya. Aku harus melakukan sesuatu, dan apa pun itu, aku harus cepat.

Setelah makan siang, aku memutuskan untuk tidak kembali ke kelas dan pergi menemui Andreas. Kharisma memberiku kontak Andreas, dan untunglah ia kosong hari ini, jadi aku bisa langsung menemuinya. Kami bertemu di sebuah kafe di mal, karena Andreas harus membeli beberapa barang terlebih dahulu. Kharisma tidak bisa menemaniku karena banyak tugas yang harus dikerjakan, dan itu membuat situasi di antara aku dan Andreas menjadi sedikit canggung. Kami tidak pernah mengobrol berdua, jadi agak aneh ketika akhirnya kami duduk berhadapan dengan kopi sebagai perantara.

Lukisan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang