Suara denting alat makan bersahutan mengisi ruang makan malam ini. Pria yang secara tiba-tiba diundang untuk makan malam di rumah, masih saja merasa resah. Entah apa penyebabnya, namun sejak Ia menerima undangan itu perasaannya sudah tidak tenang.
"Minggu ini hari terakhir kamu kerja di perusahaan Papa, selesaikan apa yang perlu kamu selesaikan", ucap Tuan Park dengan santai selagi menyantap makanan penutup miliknya.
Pria yang merasa diajak bicara menoleh terkejut. Tidak percaya dengan apa yang baru dikatakan oleh Papanya. Ia tidak pernah diajak bicara tentang ini, selama ini pun pekerjaannya baik-baik saja, lalu apa penyebabnya?
"Maksud, Papa?", tanya Pria itu tanpa berpikir.
"Biar mama jelaskan", seorang wanita yang duduk di sebelah Tuan Park angkat bicara.
Pria itu segera memfokuskan pandangan dan telinganya, menunggu penjelasan Nyonya Park. Ia menarik napas panjang sebelum akhirnya menjelaskan dengan lembut.
"Jinyoung sayang, kamu sudah lama bekerja dengan Papa, pekerjaanmu juga sangat amat baik. Kamu bahkan berhasil menaikkan profit perusahaan sebesar 0,5%. Kamu tidak pernah libur dan susah disuruh istirahat. Mama rasa kamu sama dengan Papamu yang workaholics", Nyonya Park meneguk segelas air kemudian melanjutkan.
"Coba lihat umurmu sekarang. Kamu sudah dua puluh enam tahun dan belum pernah mengenalkan seorangpun pada kami", Nyonya Park tersenyum lembut selagi menatap anak pertamanya.
"Jadi, Papa dan Mama memutuskan untuk memberi kamu waktu istirahat selama dua bulan. Selama itu kamu bebas melakukan apa saja. Nikmati waktumu, siapa tau Mama bisa dapat calon mantu", ucap Nyonya Park menggoda anaknya berusaha kembali mencairkan suasana.
"Kak!! Kak! PARK JINYOUNG!"
Untuk sepersekian detik Jinyoung kembali dari lamunannya. Matanya bertemu dengan sosok pria yang berdiri tepat di hadapannya. Pria yang Ia kenal sebagai Park Yugyeom, adiknya. Sudah lama Jinyoung tidak melihat raut wajah khawatir milik adiknya itu.
"Ngga usah dipikirin", ucap Yugyeom lembut setelah menghela napas lega.
"Itu Bang Jaebeom nelfon dari tadi", lanjutnya.
Jinyoung mengangguk, kemudian membuka ponsel yang sejak tadi Ia genggam. Tiga panggilan tak terjawab, dan satu pesan masuk bertuliskan
Jam 8 malam, di tempat biasa.
Jinyoung melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul tujuh malam. Ternyata sudah tiga jam Ia berada di studio dance milik adiknya. Jinyoung bahkan tidak tahu alasan Ia pergi ke tempat ini. Yang Jinyoung ingat, hari ini hari terakhirnya bekerja. Sejak tadi dia sibuk memikirkan apa yang akan Ia lakukan selama dua bulan kedepan. Ia suka bekerja, bagaimana bisa Ia tidak bekerja dan tidak melakukan apa-apa selama dua bulan. Semua terlalu cepat, waktu satu minggu tidak cukup untuknya berpikir. Ia terlalu sibuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuan Park. Menyelesaikan apa yang perlu Ia selesaikan. Tidak ingin mengganggu lebih lama, Ia bangkit dari duduknya.
"Lo ngga ikut?", tanya Jinyoung.
"Ngga, gua masih ada urusan", ucap Yugyeom masih dengan raut wajah khawatirnya.
Jinyoung mengangguk dan bergegas pergi.
Setelah tiga puluh menit, Jinyoung sampai di cafe sekaligus restauran bernama Last Piece langganan ia dan teman-temannya. Cafe tersebut merupakan salah satu cafe elit milik temannya, sampai-sampai mereka memiliki ruangan khusus yang biasa dijadikan basecamp tempat mereka berkumpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes on You
FanfictionKetakutan terbesar apa yang dimiliki oleh manusia? Dikhianati? Sakit? atau Kegagalan? Setiap orang memiliki ketakutan terbesarnya masing-masing. Termasuk Gadis ini, Gadis yang belum lama Jinyoung temui. Gadis itu tidak takut terluka, Ia tidak takut...