"Mau minum apa?", tanya Jisoo berusaha mengalihkan topik.
"Wihh, seumur umur gua bertamu ke apart lo baru kali ini ada yang nawarin minum", ucap Jaebeom selagi duduk di atas sofa yang diikuti oleh Seulgi di sebelahnya.
Yang disindir hanya berdecak kesal, "Lo mah udah bukan tamu lagi itungannya".
"Kamu ganti baju dulu aja, biar aku yang ambil minum", ucap Jinyoung ke arah Jisoo.
Jisoo mengerutkan keningnya tidak mengerti, sementara Jinyoung memberi isyarat pada Seulgi. Seulgi yang mengerti segera bangkit dari duduknya.
"Oh iya yuuuk, aku udah bawain beberapa baju. Coba dulu siapa tau ada yang cocok", ucap Seulgi sambil mengenggan paper bag berukuran sedang, kemudian membiarkan Jisoo menunjukkan arah kamarnya.
"Dikeroyok siapa lo?", ucap Jaebeom begitu Seulgi dan Jisoo menghilang di balik tangga.
"Kalo dikeroyok gua udah masuk rumah sakit kali", ucap Jinyoung sambil menuangkan minuman rasa jeruk.
"Oiya, lo kan payah ya", ucap Jaebeom meremehkan.
"Ngga sepayah lo yang gotong meja doang encok", Jinyoung melangkah membawa empat gelas minuman.
"Sialan", ucap Jaebeom.
"Makasih btw", ucap Jinyoung setelah duduk di seberang Jaebeom.
"Santai lah", Jaebeom meneguk minuman dihadapannya sebelum melanjutkan. "Tapi, serius lo kenapa sih? Gua tadi udah panik, sampe Seulgi ikutan panik".
Jinyoung bersandar pada sandaran sofa, "Ada orang iseng".
"Saking isengnya dia mukulin lo? Yang jelaslah", ucap Jaebeom yang sudah tidak sabar.
Sebenarnya Jinyoung tahu sahabatnya itu sedang khawatir. Jaebeom takut dirinya terlibat masalah besar. Akhirnya, Jinyoung menceritakan kejadian itu. Tanpa menceritakan perbuatan penguntit itu pada Jisoo.
"Terus gimana?", tanya Jaebeom lagi. Kali ini terlihat lebih serius dari sebelumnya.
"Gimana apanya?", ucap Jinyoung mengerutkan keningnya.
"Ck. Jisoo", ucap Jaebeom melipat kedua lengannya di dada.
"Ya ngga gimana-gimana", ucap Jinyoung seadanya. Tentu saja Jinyoung enggan berbagi momen indahnya dengan orang lain. Lagipula Ia ingin menjelaskan apa? Status mereka juga belum jelas.
"Belom sehari udah nyosor aja", ucap Jaebeom mengintimidasi.
Jinyoung mengerutkan keningnya terkejut bagaimana Jaebeom bisa tahu. "Kalian berdua keliatan banget salah tingkah", Jaebeom menggelengkan kepalanya seakan sedang tidak habis pikir dengan apa yang baru saja Jinyoung lakukan.
"Ngga usah kaget, Seulgi juga sadar", ucap Jaebeom mencoba menjelaskan.
"Gua cuma mau ngingetin, tahan dikit lah", lanjut Jaebeom seperti seorang bapak yang sedang menasihati anaknya.
"Kalau udah waktunya, it will be more than worth it", lanjut Jaebeom masih dalam mode menasihati.
Dalam diam Jinyoung mengecap rasa manis yang tertinggal di mulutnya. Rasa manis yang Ia dapat dari Jisoo. Jinyoung menghela napas panjang, buru-buru menepis pikirannya, kemudian mengangguk sambil sesekali menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes on You
FanficKetakutan terbesar apa yang dimiliki oleh manusia? Dikhianati? Sakit? atau Kegagalan? Setiap orang memiliki ketakutan terbesarnya masing-masing. Termasuk Gadis ini, Gadis yang belum lama Jinyoung temui. Gadis itu tidak takut terluka, Ia tidak takut...