Sudah seminggu sejak Jinyoung meninggalkan Jisoo. Sudah seminggu pula Ia tidak tidur. Sibuk menyelesaikan masalah internal perusahaannya.
Setiap pagi dia sibuk berdiskusi dengan karyawan dan relasinya. Malamnya Ia sibuk mencari bukti untuk menguatkan argumennya. Esoknya, Ia perlu meyakinkan seluruh investor dan klien perusahaannya bahwa masalah di luar sana tidak akan mempengaruhi kinerja dan income perusahaannya.
"GMM gimana?", tanya Jinyoung pada Junho.
"Belum ada keputusan. Sepertinya kondisi kita saat ini jadi pertimbangan besar mereka", ucap Junho.
GMM adalah salah satu perusahaan di Thailand yang Jinyoung incar untuk memperluas relasinya dengan cara bekerja sama. Begitu melihat Tay yang merupakan aktor Thailand mulai meniti karirnya di Korea. Jinyoung merasa beberapa perusahaan Thailand juga sedang berusaha memperluas pasarnya di Korea.
"Lima menit lagi meeting dengan tim produksi di mulai", ucap Junho menghentikan pikiran Jinyoung.
Jinyoung bangkit dari duduknya, mengenakan jas berwarna biru dongker yang tergantung rapih di samping mejanya, dan bergegas keluar ruangan.
Pertemuan dengan tim produksi membutuhkan waktu tiga jam penuh. Mereka perlu membahas program apa yang paling menjanjikan, program mana yang sekiranya masih perlu dipertahankan dan yang tidak bisa dipertahankan.
Selanjutnya, Jinyoung bertemu dengan tim media. Mempertimbangkan platform mana yang lebih menjanjikan untuk mempromosikan program mereka, dan sebagainya. Hingga waktu menunjukkan pukul delapan malam.
Jinyoung pulang ke apartemen sederhana dekat kantornya. Sampai sana pun, Jinyoung masih sibuk mencari sesuatu untuk menguatkan argumennya di depan para investor dan klien. Hingga sinar matahari menyelusup diantara gorden ruang kerjanya.
Baru akan beranjak dan bersiap menuju kantor, ponselnya berdering. "GMM baru saja menerima tawaran kita", ucap Junho di seberang telfon.
"Tambahkan jadwal meeting dengan semua investor", ucap Jinyoung kemudian bergegas menuju kantor.
Semua berjalan dengan lancar. Rating perusahaannya perlahan-lahan naik. Para investor dan klien perhalan-lahan mulai mengembalikan kepercayaannya.
"Ok, kami percaya. Tapi, berita di luar sana diurus juga. Udah makin kemana-mana", ucap salah satu investor.
Jinyoung menghela napas panjang dan mengangguk tanda mengiyakan. Setelah usai, Jinyoung kembali ke ruangannya.
Ia membuka ponselnya dan membuka pesan dari Bambam yang kebanyakan berisi laporan kegiatan Jisoo.
"Ibu negara lagi shooting",
"Lagi makan",
"Baru selesai shooting",Satu pesan terbaru masuk,
"Hari ini kita balik ke Seoul"."Berita di luar sana bagaimana?", belum sempat bernapas lega, Jinyoung kembali membuka pembicaraan.
"Saya udah mengajukan pernyataan yang sudah kita sepakati kemarin. Dari pihak produksi juga sudah menyarankan itu. Tapi, sampai sekarang belum ada keputusan dari Jackson", Junho memulai pembicaraan.
"Sementara di sosial media penggemar Tay Tawan sudah mulai geram dibantu oleh hatersnya Jisoo", Junho menyerahkan tablet yang menunjukkan hasil screenshoot cuitan dan komentar dari berbagai platform.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes on You
FanfictionKetakutan terbesar apa yang dimiliki oleh manusia? Dikhianati? Sakit? atau Kegagalan? Setiap orang memiliki ketakutan terbesarnya masing-masing. Termasuk Gadis ini, Gadis yang belum lama Jinyoung temui. Gadis itu tidak takut terluka, Ia tidak takut...