22. Gerhana

50 8 0
                                    

Leaving is fine,
It's just I don't wanna be all by myself again,
Like every time, like every last time.
- Yerin Baek - 0310-

Sudah seminggu penuh Jisoo berusaha tidur. Tiap kali Jisoo menyanyikan mantra pengusir mimpi buruk, yang terbayang adalah wajah Jinyoung. Mimpi itu memang tidak lagi datang, namun digantikan oleh ingatannya tentang Jinyoung.

Malam itu, malam setelah Ia sakit. Keesokan paginya Jisoo menemukan orang asing selain Jinyoung dan Minho di villa. Orang asing yang tidak lama kemudian mengenalkan diri sebagai Bambam, seseorang yang akan menggantikan Jinyoung.

"Ah dia sudah pergi", batin Jisoo saat itu.

Tapi, dadanya menyerngit perih, tubuhnya lemas, matanya panas. Harusnya Jisoo baik-baik saja. Ia sudah melatih dirinya selama ini. Ia sudah berkali-kali mempersilahkan Jinyoung untuk pergi dan mengatakan padanya bahwa Ia akan baik-baik saja.

Sekarang ada apa dengannya? Perasaan ini di luar kendali dan perkiraannya. Apa yang salah? Jisoo tidak tahu. Awalnya Jisoo tidak tahu.

Selama satu minggu itu Jisoo berhasil menyelesaikan proses shooting Hingga akhirnya bisa kembali ke Seoul. Dengan rasa sesak dan perih di dadanya tiap malam jika Jinyoung muncul dalam ingatannya.

Setelah satu minggu itu, Jisoo mengerti. Ia mengingat kembali saat Ia bercerita pada Jinyoung tentang sebagian hidupnya. Tentang mimpi, tentang Ia yang sudah menganggap Jackson sebagai kakak, dan tentang kesulitannya mempercayai seseorang. Ia tidak mengerti mengapa Ia bisa dengan mudah menceritakan itu semua? Harusnya saat itu Ia sadar. Jisoo bukan orang yang mudah menceritakan kehidupan pribadinya.

Ia sudah jatuh terlalu dalam hingga kehilangan kontrol atas dirinya sendiri. Hingga tidak bisa kembali ke permukaan. Semua latihannya selama ini sia-sia.

Jisoo menampar pipinya, "Bodoh. Kim Jisoo bodoh".

Ia mengutuk diri semalam penuh. Menjambak rambutnya kasar, menangisi kebodohannya, mengutuk sikap dan hatinya saat bersama Jinyoung.

"AAAAARGH", Jisoo berteriak. Suaranya memenuhi unit apartemen miliknya.

Lalu sekarang Ia harus apa? Jisoo tahu Jackson menunggu keputusannya. Semua orang pada pertemuan besok pagi ingin mendengar keputusannya.

Tidak ada apa-apa. Benar. Mereka tidak ada hubungan apa-apa. Tapi.. benarkah? Atas semua perhatian yang sudah diberikan Jinyoung padanya? Atas perhatian yang sudah Jisoo berikan pada Jinyoung? Atas sentuhan-sentuhan kecilnya? Atas pesan-pesan lembutnya? Atas perlakuan manisnya? Semuanya bukan apa-apa? Yang benar saja!

Tapi, Jinyoung pun sudah memutuskan untuk pergi. Sudah tidak ada yang bisa Jisoo pertahankan. Hubungan ini sudah berakhir sejak satu minggu yang lalu. Sejak Jinyoung memutuskan untuk pergi tanpa mengatakan apapun.

Jisoo menghembuskan napas panjang berusaha menenangkan dirinya. Ia tidak bisa lagi menangis. Ia lelah menangis. Air matanya sudah mengering.

"Sudah cukup, Kim Jisoo. Jawabannya sudah jelas", ucap Jisoo pada dirinya sendiri.

Jisoo sudah sampai pada keputusan akhirnya, malam ini Ia hanya perlu tenang dan mempersiapkan diri.

-Eyes on You-

Pukul delapan pagi Minho sudah sampai di apartemen Jisoo. Minho mengajak Jisoo untuk sarapan sebelum hadir di pertemuan pagi ini.

Tidak butuh waktu lama, pertemuan itu berlangsung sangat cepat. Jisoo berhasil mencegah tim produksi untuk melayangkan denda penalti pada perusahaan tempatnya bernaung. Keputusannya memuaskan seluruh tim produksi, tim managemennya, bahkan tim managemen Tay.

Setelah pertemuan itu, Jisoo menemui Jackson di ruangannya. Jisoo meringis melihat orang yang sudah Ia anggap sebagai kakak itu dengan tampilan yang berantakan. Kemeja lusuh, rambut berantakan, wajah pucat dengan kantung mata menghitam, dan beberapa rambut halus yang sudah tumbuh di dagunya.

Jackson bangkit menyadari kehadiran Jisoo. Layaknya anak kecil, Jisoo setengah berlari menghampiri Jackson dan mendekapnya erat.

"Maaf", ucap Jisoo dalam dekapan Jackson.

Jackson menghela napas panjang, "Lo ngga makan apa gimana sih? Gua kayak meluk tulang doang" ucap Jackson.

Jisoo memukul punggung Jackson keras, "Sadar diri lah!".

"Gua sebelum tulang masih ada otot ya! Mau liat ototnya?", ucap Jackson masih berusaha mencairkan suasana.

Jisoo berdecak kesal, ingin melepaskan dekapan itu. Namun, Jackson menahannya.

"Makasih ya", bisik Jackson tepat ditelinga Jisoo. "Makasih masih bertahan sampe sekarang", lanjutnya.

Jisoo mengeratkan dekapannya.

"Lo ngga tau gua setakut apa", lanjut Jackson. Dalam dekapannya Jisoo bisa merasakan Jackson mulai mengusap puncak kepalanya lembut.

"Hmm", jawab Jisoo singkat.

"Btw, lo ngga mandi berapa hari sih? Bau asem", balas Jisoo yang sudah tidak sanggup dengan suasana sendu di ruang ini.

Jackson melepaskan dekapannya, memberikan pukulan lembut di kening Jisoo.

"Baru juga dua hari", ucap Jackson sambil mengangkat lengannya satu persatu. Mencoba menghirup aroma ketiaknya.

"JOROOKKK!!!", ucap Jisoo yang segera bergerak menjauh. Sementara, Jackson mendekat berusaha mendekap Jisoo.

Selama beberapa menit, keduanya sibuk bermain kejar-kejaran. Tapi, karena mereka sama-sama lelah. Keduanya hanya bertahan sebanyak tiga putaran dan berakhir tergeletak di sofa.

"Tadinya gua mau ngabisin duit lo buat bayar penalti", ucap Jisoo di sela-sela kegiatannya mengatur napas.

Jackson mebelalakkan matanya ke arah Jisoo.

"Tapi, kalo dipikir-pikir sayang juga. Mending buat beliin gua ice cream satu kontainer", lanjut Jisoo.

Jacksok terkekeh mendengarnya. "Tenang aja, gua beliin deh", ucap Jackson.

"Satu kontainer?", tanya Jisoo.

"Satu kotak", ucap Jackson yang langsung dihadiahi lemparan bantal oleh Jisoo.

Jisoo menghabiskan waktunya di ruangan Jackson. Makan siang bersama, makan malam bersama, dan pulang bersama.

Selama perjalanan pulang, Jisoo menatap ke arah langit. Mencari benda langit kesukaannya. Namun, yang terlihat hanya sisa-sisa sinar yang mengelilinginya. Gerhana malam ini menutupi benda langit kesukaan Jisoo. Seakan mengerti dan ikut berduka dengan keadaan Jisoo saat ini.

Jisoo juga sedang tidak bisa bersinar, saat ini sinar Jisoo meredup. Ditutupi oleh duka yang berada jauh dalam dirinya. Mungkin bulan itu sedang memulihkan diri. Ia malu jika proses pemulihannya dilihat oleh ratusan ribu mata. Ia menutupi sisi terlemah pada dirinya dengan gerhana. Hingga Ia pulih dan bisa kembali bersinar.

Malam ini dan malam-malam selanjutnya, Jisoo bertekad untuk membangun gerhananya. Membangun tameng nya sekuat mungkin.

-Eyes on You-

Eyes on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang