Jinyoung, Jisoo dan Minho sampai di pulau Jeju pukul tujuh pagi. Begitu sampai, ketiganya bergegas menuju villa yang sudah dipesan oleh Minho. Villa tersebut letaknya tidak jauh dari lokasi shooting.
Jinyoung dan Minho membantu Jisoo memindahkan barang-barangnya ke lantai dua. Setelah itu, Jinyoung bergegas merapihkan barang-barang miliknya diruang yang telah ditunjukkan Minho sebagai kamarnya.
Butuh tiga puluh menit bagi mereka untuk merapihkan barang masing-masing.
"Bang, villa ini terlalu besar buat kita bertiga", ucap Jisoo membuka pembicaraan.
"Hmm iya juga ya", ucap Minho sambil menatap sekeliling ruang. "Tapi, dari semuanya ini villa yang paling strategis", lanjutnya.
Jisoo yang tidak berminat melanjutkan hanya mengangguk.
"Tata barang-barangmu, setelah ini kita ke lokasi", ucap Minho.
Jisoo mengangguk mengerti, kemudian bergegas bersiap-siap. Sementara, Minho dan Jinyoung menunggu di pekarangan untuk memanaskan mesin mobil.
"Dowoon, tentang kejadian di mobil waktu itu", ucap Minho.
Jinyoung menoleh, menunggu Minho melanjutkan ucapannya.
"Makasih", lanjutnya.
Terdengar Minho menghela napas panjang sebelum kembali melanjutkan. "Jisoo trauma dengar suara ambulan. Dulu dia pernah kecelakaan mobil dan kehilangan kedua orang tuanya".
Deg.
"Btw lo harusnya udah tau tentang ini, karena Jisoo udah pernah open publik", lanjutnya.
Oh, Jinyoung memang tidak melakukan riset apapun.
"Hey, lo bisa nyetir motor?", ucap Minho ke arah Dowoon sambil mengarahkan pandangannya ke arah motor CRV yang terparkir.
Jinyoung mengangguk.
"Bagus", Minho menyerahkan sebuah kunci pada Jinyoung. Yang sepertinya kunci itu adalah kunci motor.
"Di tempat bagus kayak gini, enaknya jalan-jalan naik motor", ucap Minho sambil menaikkan sebelah alisnya. "Ya kan?", lanjutnya.
Jinyoung mengangguk menyetujui. Udara sejuk nan segar di sini memang mendukung untuk mengendarai motor.
Tak lama, Jisoo menghampiri keduanya dan mereka bergegas menuju lokasi shooting.
Hanya butuh lima belas menit untuk sampai di lokasi. Begitu sampai, Jisoo segera menyapa sang produser, staff, dan aktor. Bahkan beberapa yang tengah sibuk bekerja menyempatkan diri untuk membalas sapaan Jisoo. Sementara, Minho menata perlengkapan Jisoo.
Baru kali ini Jinyoung melihat secara langsung keadaan di balik layar. Ternyata tidak semudah yang Ia bayangkan.
Semua orang bekerja, memanggil satu sama lain, saling berkoordinasi, tidak ada lagi yang namanya ruang privasi, satu ruang istirahat bisa berisi dua sampai tiga aktor dengan timnya masing-masing, sesekali salah satu staff datang memanggil, jika sudah waktunya istirahat mereka akan berbaur untuk saling bertukar cerita. Staff maupun sang aktor tidak lagi mengenal kedudukan dan perannya. Semakin malam, kalimat semangat dan gelak tawa mulai saling bersahutan. Menciptakan lingkungan yang hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes on You
FanfictionKetakutan terbesar apa yang dimiliki oleh manusia? Dikhianati? Sakit? atau Kegagalan? Setiap orang memiliki ketakutan terbesarnya masing-masing. Termasuk Gadis ini, Gadis yang belum lama Jinyoung temui. Gadis itu tidak takut terluka, Ia tidak takut...