I never thought about it,
Letting go is more painful than breaking up,
You who disappeared before your eyes are still hidden in your heart
I said goodbye, but I didn't want you to go
- Alex Chou - Hard to Let Go -Jinyoung meletakkan berkas terakhir yang perlu ditanda tangani. Ia beralih ke tabletnya, mengetik nama Jisoo di pencarian dan seluruh media sosial. Namun, nihil. Ia tidak dapat menemukan apapun.
Hanya beberapa cuitan yang menyatakan kerinduannya akan Jisoo dan beberapa cuitan yang sedang mengenang kembali aktivitas Jisoo sebelum Gadis itu memutuskan untuk istirahat.
Tanpa sadar, Jinyoung mengepalkan tangannya. Ia juga. Ia juga merindukan gadis itu. Merindukan tawanya, celotehannya, sentuhan kecilnya, tatapan matanya, keras kepalanya, dan momen saat mereka makan bersama. Ingin rasanya Ia menghirup aroma bayi ditubuh gadis itu dan mendekapnya erat.
Deg. Tiba-tiba dadanya menyerngit perih. Satu tahun kemarin Ia beruntung. Beruntung masih bisa melihat Jisoo dari jauh, mengikuti kegiatannya, mengetahui kabarnya, melihat wajah dan senyumnya meski melalui layar.
Setelah Jisoo pergi, Ia merasa hampa. Kosong. Perusahaannya baik-baik saja, Ia juga tidak kehilangan teman-temannya. Tapi, entah mengapa Ia tidak merasakan apapun.
Jinyoung kembali mengingat masa-masanya bersama Jisoo. Saat bersamanya, rasanya Jinyoung tidak butuh yang lain. Ia lebih sering tersenyum, bahkan tertawa. Melihat gadis itu baik-baik saja setiap pagi sudah cukup membuat hatinya penuh, apalagi melihat senyumnya.
Jinyoung mengusap wajahnya kasar. Sepertinya rasa penyesalan itu mulai menggerogoti dirinya. Bagaimana keadaan Jisoo sekarang? Apakah gadis itu sudah melupakannya? Apa Jisoo baik-baik saja? Apakah gadis itu sudah bahagia dengan yang lain?
Jinyoung mengutuk dirinya. Harusnya Ia tidak pergi. Harusnya Ia tidak memutuskan apapun saat keadaannya sedang tidak baik-baik saja. Harusnya hari itu dia mengatakan sesuatu pada Jisoo atau setidaknya datang saat hari keputusan.
Sudah lima belas bulan berlalu. Mungkin gadis itu sudah bahagia dengan yang lain. Mungkin gadis itu sudah melupakannya. Mungkin Ia sudah tidak ingin bertemu dengan Jinyoung dan menutup hati rapat-rapat.
Lima belas bulan adalah waktu yang lama. Mengapa Jinyoung baru sadar sekarang? Setelah tiga bulan Jisoo benar-benar menghilang dari pandangannya.
Jinyoung merogoh miniatur di saku kemejanya, menatap benda itu nanar. Mungkin, kalau saat itu Ia tidak menerima miniatur di tangannya Ia tidak akan meninggalkan Jisoo. Mungkin-
Drrrt- drrrt-
Dering ponsel yang bergetar menghentikan pikirannya. Jinyoung meraih ponselnya yang sejak tadi terabaikan. Ia melihat nama Jackson tertera di layar.
"Baca grup", ucap Jackson begitu Jinyoung menerima telfonnya. Jinyoung belum sempat menjawab ketika Jackson mematikan sambungan telfon itu secara sepihak.
Jemari Jinyoung mulai bergerak mencari grup yang dimaksud oleh Jackson. Aset Negara begitu nama grupnya. Sudah ada dua puluh dua notifikasi dari grup itu. Jinyoung membuka dan membacanya satu persatu.
Aset Negara
____________________________Jackson
Jangan lupa jam 7
Yang telat gua suruh joget dipanggung
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes on You
FanfictionKetakutan terbesar apa yang dimiliki oleh manusia? Dikhianati? Sakit? atau Kegagalan? Setiap orang memiliki ketakutan terbesarnya masing-masing. Termasuk Gadis ini, Gadis yang belum lama Jinyoung temui. Gadis itu tidak takut terluka, Ia tidak takut...