"Park Dowoon?",
"Permisi, Tuan Park Dowoon?",
"Tuan?", seorang pria menepuk pundak Jinyoung.
Jinyoung buru-buru menoleh. Seorang yang Ia tahu salah satu pemeran dalam drama ini, salah satu lawan main Jisoo, tengah berdiri di hadapannya dengan kening berkerut.
"Park Dowoon, kan?", ucapnya berusaha memastikan. "Bodyguardnya Jisoo?", lanjutnya menekankan.
Jinyoung mengangguk. Sudah lama Ia tidak mendengar identitas keduanya. Keningnya berkerut, mungkin tujuan Jisoo memanggilnya dengan panggilan lain untuk ini. Supaya Jisoo tidak perlu menyesuaikan panggilan itu tiap berpindah tempat. Jinyoung-Dowoon pasti akan menyulitkan Jisoo.
"Halo, saya Tay Tawan lawan mainnya Jisoo", ucap pria itu mengulurkan lengannya ke arah Jinyoung.
Jinyoung menyambutnya dengan baik dan memperkenalkan diri, "Saya Park Dowoon, bodyguard Jisoo".
Tay Tawan mengangguk, "Saya tahu, udah sering dengar. Tapi, kita belum sempat kenalan", ucap Tay sambil terkekeh lucu menertawakan sikapnya. "Padahal kita udah hampir dua bulan satu lokasi bareng, ya".
"Ah, Iya", jawab Jinyoung canggung. Pria di depannya ini ramah. Senyumnya tidak pernah luntur, mudah membuat orang lain nyaman di dekatnya, tingginya tidak jauh darinya, tapi pembawaannya terlihat lebih dewasa.
"Ada perlu apa?", tanya Jinyoung yang menyadari Tay tidak berhenti mengedarkan pandangannya.
"Oh, saya dari tadi nyari Jisoo, dimana ya?", tanyanya tanpa mengurangi senyumnya.
"Dia sedang di toilet", ucap Jinyoung menatap pintu toilet yang tidak jauh darinya. "Biar nanti saya yang bilang ke Jisoo", ucap Jinyoung yang niatnya mempersilahkan Tay untuk pergi agar tidak perlu menunggu.
Tidak lama setelah Jinyoung mengatakannya, Jisoo keluar dari toilet. Tay yang baru saja akan menyapa, di dahului oleh seorang staff wardrobe yang telah menghampiri Jisoo lebih dulu.
Staff itu membawa tiga buah almamater yang Jinyoung duga adalah almamater kampus mereka dalam drama. Jisoo mencobanya satu persatu, yang satu kebesaran, yang satu kekecilan, yang satu lagi terlihat pas tapi sepertinya Jisoo belum cukup nyaman. Jisoo tersenyum kepada staff dan menunjuk almamater yang terakhir.
Di sisi lain, Jinyoung dan Tay sedang memperhatikan gadis itu. Dari sampingnya Jinyoung bisa mendengar Tay bergumam pelan "Gemes banget".
Jinyoung menoleh ke arah Tay untuk memastikan apa yang baru saja Ia dengar.
"Jisoo lucu ya, baik, bisa bikin orang nyaman, ceria, cantik, ngomong apa adanya. Suka ya suka, engga ya engga", ucap Tay tanpa melepaskan pandangannya dari Jisoo.
Jinyoung kembali memperhatikan gadis itu. Benar. Semua yang dikatakan Tay benar. Tapi, rasanya Jinyoung tidak rela mendengar itu dari mulut Tay, sekedar membiarkan Tay menatap gadis itu dengan tatapan melihat berlian saja rasanya Jinyoung geram.
Belum sempat membuka mulutnya, Jisoo menoleh ke arah keduanya. Melambaikan tangan. Lambaian tangan yang entah ditunjukkan untuk Tay atau untuk Jinyoung. Tapi, Tay melambaikan tangannya seakan membalas gadis itu. Ck. Kepedean. Batin Jinyoung.
"Kak Tay, kenapa? Mau latihan dialog?", ucap Jisoo selagi melangkah mendekat ke arah ke duanya.
Tay ikut mendekat ke arah Jisoo, hingga keduanya berada di titik tengah dari titik awal.
Tay menggeleng begitu sampai dihadapan Jisoo. Ah. Dari balik tubuh Tay yang membelakangi Jinyoung, Ia bisa melihat sesuatu. Sebuah box yang Tay sembunyikan di balik tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes on You
FanfictionKetakutan terbesar apa yang dimiliki oleh manusia? Dikhianati? Sakit? atau Kegagalan? Setiap orang memiliki ketakutan terbesarnya masing-masing. Termasuk Gadis ini, Gadis yang belum lama Jinyoung temui. Gadis itu tidak takut terluka, Ia tidak takut...