Petugas listrik baru saja berpamitan setelah menyelesaikan tugasnya. Kini Jinyoung bisa sedikit lebih tenang.
Ia sedang menyeduh kopi instan begitu suara langkah terdengar dari arah tangga. Jinyoung menoleh dan netranya dengan sigap menangkap sosok Jisoo.
Jinyoung bergegas meninggalkan kopinya dan mendekat ke arah Jisoo untuk membantu gadis itu.
"Pagi, Mas", Jisoo tersenyum begitu Jinyoung sampai dihadapannya.
"Pagi", jawab Jinyoung membalas senyumnya sambil menuntun langkah Jisoo. Dengan jarak sedekat itu, Jinyoung bisa menghirup aroma segar dari tubuh Jisoo yang menandakan gadis itu baru saja membersihkan diri.
"Aku bisa sendiri loh, Mas", ucap Jisoo yang sepertinya mulai keberatan dengan sikap Jinyoung.
"Saya tahu. Tapi, saya mau bantu. Boleh?", Jinyoung mulai melepaskan genggamannya begitu mereka sampai di depan meja makan.
Hening. Jisoo tidak lekas menjawab, seperti sedang menimbang-nimbang sesuatu.
Terdengar suara Jisoo menghela napas panjang, "Boleh, tapi Aku juga mau bantu Mas".
Jinyoung yang baru saja akan melanjutkan kegiatannya membuat kopi, menoleh ke arah Jisoo tanda tidak mengerti.
"Aku ngerepotin Mas, Mas juga harus ngerepotin Aku", Jisoo yang sudah duduk di salah satu kursi tersenyum ke arah Jinyoung.
Bantuan apa? Sejauh ini Jinyoung merasa tidak membutuhkan bantuan apapun. Tapi, Jinyoung tetap mengangguk.
Setelah menyesap kopinya, Jinyoung sibuk dengan kegiatannya untuk membuat sarapan. Ia membuat toast berisi potongan buah alpukat dan telur mata sapi setengah matang.
"Mas, masa semalem aku mimpi aneh", ucap Jisoo kala Jinyoung meletakkan dua buah toast serta dua gelas kopi di meja makan.
"Mimpi apa?", tanya Jinyoung yang sudah duduk di seberang Jisoo. Selama mereka bersama, Jinyoung tahu Jisoo sering kali mimpi buruk. Tapi, gadis itu tidak pernah menceritakan mimpinya. Mungkin sekarang Jisoo sudah bisa terbuka dengan Jinyoung.
Jisoo menyesap kopi miliknya, "Semalem Mas nemenin Aku tidur".
Jinyoung mulai menoleh ke arah Jisoo. Menatap Gadis itu lamat-lamat, berusaha menangkap apa yang akan Jisoo katakan.
"Tapi, Mas udah ngga di samping Aku", lanjutnya. Jinyoung menbulatkan matanya. Jangan katakan.. Jangan dilanjutkan. Hentikan.
"Mas meluk A-", ucapan Jisoo terhenti akibat Jinyoung yang tiba-tiba saja tersedak.
"Uhukk... uhukkk...", Jinyoung membulatkan matanya, telinganya mulai memerah entah karena salah tingkah atau karena batuknya yang menyiksa.
Jisoo panik begitu melihat Jinyoung yang belum juga berhenti. Ia bangkit dari duduknya, berusaha mengambil air putih. Langkahnya yang terseok-seok membuat Jisoo terhambat. Meskipun Jisoo akhirnya berhasil menuangkan air putih dan meletakkannya dihadapan Jinyoung. Jinyoung sudah berhenti tersedak sejak satu setengah menit yang lalu.
"Mas ih! Kalo makan pelan-pelan dong!", ucap Jisoo dengan nada yang terdengar kesal.
"Hah? Barusan Gua denger apa? Mas? LO MANGGIL JINYOUNG MAS?", ucap Jackson yang tiba-tiba saja muncul dari kamar Jinyoung dengan rambut yang tidak beraturan dan wajah bangun tidurnya.
Kini giliran Jisoo yang membulatkan matanya, "SEUNAAA" ucap Jisoo setengah berteriak.
Jisoo tersenyum melihat orang yang sudah Ia anggap sebagai kakaknya sendiri. Sementara, yang dipanggil berjalan tidak sabar menghampiri Jisoo. Kemudian, memberikan pukulan singkat di keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes on You
FanfictionKetakutan terbesar apa yang dimiliki oleh manusia? Dikhianati? Sakit? atau Kegagalan? Setiap orang memiliki ketakutan terbesarnya masing-masing. Termasuk Gadis ini, Gadis yang belum lama Jinyoung temui. Gadis itu tidak takut terluka, Ia tidak takut...