Matahari mulai menunjukkan sinarnya kala jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Usai menyesali kebodohan, Jinyoung bersiap-siap sesuai dengan perintah Jisoo.
Jinyoung memastikan penampilannya untuk ketiga kalinya sebelum melangkah keluar dari kamar. Ia jelas tidak ingin mengulang kebodohannya lagi, meratapinya kemudian, lalu mengulanginya lagi. Duh. Tidak. Tidak lagi.
Baru saja membuka pintu kamar, aroma roti yang baru dipanggang memenuhi indra penciuman. Aroma itu bahkan mampu menembus masker wajah yang Ia pakai.
Jinyoung melangkah menuju dapur. Di sana terlihat Jisoo sedang berdiri di sisi meja makan, mengenakan kaus berwarna ungu dan celana jeans. Gadis itu sedang mengoleskan selai cokelat di atas roti panggang miliknya.
Tidak membutuhkan waktu lama hingga Jisoo menyadari keberadaan Jinyoung.
"Duduklah", ucap Jisoo sambil mengarahkan wajahnya ke arah kursi di hadapannya. Seakan memberi isyarat pada Jinyoung untuk duduk di sana.
"Selai cokelat? Atau strawberry?", tanya Jisoo begitu Jinyoung sudah duduk di hadapannya.
"Cokelat", jawab Jinyoung singkat.
Jisoo berjalan ke arah dapur, kemudian kembali dengan membawa dua buah roti panggang di atas piring.
Jisoo duduk di seberang Jinyoung, mengoleskan selai cokelat itu di atas roti, kemudian meletakkannya di hadapan Jinyoung.
Jinyoung terdiam sejenak, Ia ragu jika harus membuka maskernya lagi di hadapan gadis ini.
"Makanlah, Aku tidak suka makan sendirian", ucap Jisoo setelah beberapa menit melihat Jinyoung yang tidak bergerak sedikitpun.
Jinyoung menghela napas, meyakinkan dirinya, dan mulai melepas maskernya.
"Masih ada yang perlu kamu rahasiakan dari aku?", tanya Jisoo di sela-sela makannya.
"Tidak", jawab Jinyoung singkat.
Jisoo mengangguk, entah Ia percaya atau tidak.
"Jinyoung?", panggil Jisoo.
"Hmm?", jawab Jinyoung selagi mengunyah makanannya.
"Kamu ngga marah aku panggil Jinyoung?", tanya Jisoo.
Jinyoung mengerutkan keningnya tidak paham.
"Hem, kamu lebih tua dari aku, harusnya ku panggil Kak? Abang?.. Mas?", tanya Jisoo menunjukkan ekspresi berpikirnya.
Sementara Jinyoung sudah tersedak mendengar sebutan yang terakhir.
"Uhukkk.. khemm.. khuk..",
Entah kapan Jisoo bangkit dan mengambil air minum, yang Jinyoung tahu kini Jisoo sudah meletakkan segelas minuman di dekatnya.
Jinyoung meraih air minum tersebut dan meneguknya dengan cepat.
"Ok. Aku panggil Mas", ucap Jisoo tanpa aba-aba.
Jinyoung menoleh terkejut, kini gadis itu tersenyum manis ke arahnya, senyum yang belum pernah Ia lihat sebelumnya. Ditambah dengan mata yang entah bagaimana bisa bercahaya.
"Mas, cepetan abisin nanti keburu siang", ucap Jisoo kini dengan wajah jahilnya.
Ingin rasanya membantah. Ingin rasanya meremas pipi gadis itu yang sekarang terlihat puas melihatnya kebingungan.
Panggilan itu terasa asing baginya, tapi entah mengapa Ia juga tidak ingin berhenti mendengarnya. Panggilan itu terasa menggelitik sekaligus menjadi candu.
Jisoo bergegas mengambil tasnya yang sudah Ia letakkan di atas sofa dan mengikuti Jinyoung berjalan menuju mobil.
Ia senang, kini Jinyoung kalah telak. Ekspresi Jinyoung yang salah tingkah ketika Jisoo memanggilnya dengan ucapan itu membuatnya puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes on You
Fiksi PenggemarKetakutan terbesar apa yang dimiliki oleh manusia? Dikhianati? Sakit? atau Kegagalan? Setiap orang memiliki ketakutan terbesarnya masing-masing. Termasuk Gadis ini, Gadis yang belum lama Jinyoung temui. Gadis itu tidak takut terluka, Ia tidak takut...