"Pakai baju yang biasa aja, jangan pakai yang bermerk", ucap Jackson dari seberang telfon.
Jinyoung melihat satu-persatu jas hitam yang tersusun rapih di dalam lemari miliknya "Yang bermerk itu yang gimana, Seun?", ucap Jinyoung sambil menggeser jas tersebut satu persatu.
Tidak ada jawaban, hanya terdengar suara helaan napas di seberang telfon. "Yaudah deh lo diem aja, nanti gua siapin. Lo tinggal berangkat. Kita ketemu di basement. Jangan lupa pake masker yang kemarin gua kasih", ucap Jackson tanpa jeda kemudian memutuskan sambungan telfon.
Jinyoung melirik jam dinding yang telah menunjukkan pukul tujuh pagi. Dalam hitungan detik Ia menarik kemeja berwarna putih, celana hitam, dan sepatu sneakers sembarangan, menutup lemari, mengenakan semuanya satu-persatu, dan bergegas menuju Team Wang Ent.
Hanya butuh lima belas menit untuk sampai di perusahaan yang bergerak di bidang entertain milik Wang Jiaer atau yang biasa dikenal sebagai Jackson Wang. Tidak lama setelah mobil terparkir dengan rapih, terlihat Jackson berjalan ke arahnya membawa paper bag berwarna hitam legam.
Jackson masuk menduduki kursi penumpang, "oke" ucap Jackson selagi mencoba mengatur napasnya. Sepertinya Ia terburu-buru. Padahal yang Jinyoung tau acara baru akan dimulai pukul sepuluh.
"Nih, lo pake", Jackson menyerahkan paper bag tersebut dan melanjutkan, "kita briefing singkat dulu nih" Jackson menarik napas dalam-dalam sebelum menjelaskan. "Pertama-tama, kita perlu nama samaran buat lo".
Hening, terlintas beberapa nama dalam pikiran Jinyoung. Sementara Jackson masih berusaha mengatur napasnya. "Jaehyun?", ucap Jinyoung sambil menoleh ke arahnya, menunggu respon.
"Terlalu keren", jawab Jackson.
"Minho?"
"Kebagusan"
"Sungjae?"
"Udah banyak"
Jinyoung mendengus gusar. Bukankah nama tadi cukup familiar di Korea?
"Dowoon! Oke, Park Dowoon", ucap Jackson yang kini napasnya sudah mulai stabil.
"Next, lo perlu sedikit mengenal 'dia'. Hmm harusnya sih lo tau, soalnya 'dia' talent gua yang paling berbakat dan karir 'dia' lagi naik-naiknya", Jackson menoleh ke arah Jinyoung menunjukkan ekspresi meremehkan.
"Tapi lo kan udah kayak orang yang tinggal di goa, ngga pernah nonton tv. Taunya cuma berita saham dan kondisi ekonomi negara", lanjutnya.
Jinyoung sedikit terkekeh mendengar celetukkan Jackson. Ia benar.
"Namanya Kim Jisoo, dua puluh enam tahun, dia model, penyanyi, dan sekarang lagi belajar acting. Acara yang bakal kalian datengin hari ini acara premiere film pertamanya", Jackson berhenti sejenak. "Orangnya baik, bawel, kadang pecicilan. Gua juga ngga tau kenapa tu bodyguard ngga ada yang betah, jadi kalo lo diapa-apain harus bilang!".
"Ketiga, tugas lo". Kini wajahnya berubah menjadi lebih serius. "Gampang, lo cuma perlu melindungi talent gua dari pencurian, penyerangan, penculikan, pembunuhan, pelecehan, ancaman, atau tindakan kriminal lainnya". Jackson menoleh pada kaca dihadapannya "Intinya, jangan sampe talent gua lecet sedikitpun".
"Kenapa ngga minta dikawal polisi sekalian?", ucap Jinyoung tanpa berpikir.
"Bakal lebih repot ngurusnya. Tenang aja, selama ini belom pernah ada kejadian aneh-aneh. Ya paling lo harus berurusan sama fans-fans fanatiknya aja", jelas Jackson.
Jinyoung mengangguk mengerti.
"Yang berat", Jackson kembali menoleh ke arah Jinyoung kini ekspresinya seperti menunjukkan rasa bersalah. "Ini bukan pekerjaan kantor dengan jam kerja tujuh sampai delapan jam. Tapi, mengikuti jadwalnya. Bisa dua kali dua puluh empat jam penuh".
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes on You
FanfictionKetakutan terbesar apa yang dimiliki oleh manusia? Dikhianati? Sakit? atau Kegagalan? Setiap orang memiliki ketakutan terbesarnya masing-masing. Termasuk Gadis ini, Gadis yang belum lama Jinyoung temui. Gadis itu tidak takut terluka, Ia tidak takut...