33. Tak Terbendung

61 8 2
                                    

Jisoo's POV

Bukan itu.. maksud Jisoo bukan itu. Jisoo tahu semua perlakuan Jinyoung padanya tulus. Jisoo tidak ada niat meremehkan perlakuan Jinyoung padanya. Jisoo hanya ingin Jinyoung memikirkan kembali keputusannya.

Kakinya lemas, akhirnya Jisoo terduduk lemas di atas lantai yang dingin. Tubuhnya gemetar, pikirannya kalut, dadanya sesak. Mungkin setelah ini Jinyoung akan benar-benar pergi darinya. Setelah ini Jinyoung akan membencinya.

Selesai sudah. Itu yang Jisoo inginkan. Dengan ini Jinyoung tidak akan terjebak dengan masa lalu Jisoo, dengan ini Jinyoung akan mendapatkan pasangan yang lebih baik, dengan ini Jinyoung akan lebih bahagia.

Tapi, mengapa rasanya sakit sekali? Mengapa dadanya sangat sesak? Seperti malam itu. Malam saat Ia kehilangan kedua orang tuanya atau pagi saat Ia tidak lagi menemukan Jinyoung di villa.

Ibu.. Ayah.. Jisoo harus bagaimana? Sebenarnya apa salah Jisoo? Mengapa rasa sakit ini terus-menerus muncul?

Tak lama, seseorang membuka pintu utama. Dari balik pintu itu muncul sesosok wanita paruh baya yang terlihat seperti Ibunya.

Jisoo membelalakkan matanya tidak percaya. Sosok itu mendekat, "Cantiknya mama" ucapnya.

Kedua tangannya menangkup pipi Jisoo, "Kenapa, sayang?", ucapnya.

Untuk sepersekian detik air mata Jisoo tumpah. Semua luka, sakit, hampa, kecewa, amarah, berbagai macam emosi Ia tumpahkan saat itu. Setelah bertahun-tahun Jisoo tidak bisa menangis, dihadapan sosok itu tangisnya tumpah.

Sosok itu merengkuh Jisoo, membawa Jisoo dalam dekapan hangat seorang Ibu, mengusap punggung Jisoo lembut. Sentuhan dan hangat yang selama ini Jisoo rindukan. Kehadiran akan sosok dan peran orang tua yang Jisoo butuhkan.

Jisoo mengulurkan lengannya membalas dekapan sosok itu dengan lebih erat. "Nangislah. Tumpahkan saja semuanya", ucap sosok itu.

Isak tangis Jisoo semakin menjadi-jadi. Kaus yang sosok itu kenakan sudah basah. Tapi, Jisoo belum berhenti. Entah berapa lama waktu sudah berjalan. Entah berapa banyak air mata Jisoo yang sudah tumpah. Jisoo tidak bisa berpikir, Ia sibuk menumpahkan semuanya.

Jisoo's POV End

-Eyes on You-

Nyonya Park terkejut melihat Jisoo di apartemen milik anaknya. Terlebih dengan keadaan Jisoo. Tatapan gadis itu kosong, tubuhnya gemetar.

Nyonya Park mengesampingkan rasa penasarannya, Ia memilih untuk mendekati Jisoo. "Cantiknya mama", ucapnya selagi melangkah.

Jisoo menoleh, matanya membulat seakan terkejut akan kehadirannya. Tapi, mata itu menunjukkan rasa kesepian. Rasa sedih yang terpendam. Dipenuhi berbagai emosi di dalamnya.

"Kenapa, sayang?", Nyonya Park menangkup pipi Jisoo dengan kedua tangannya.

Jisoo tidak menjawab. Gadis itu menangis, menumpahkan semua emosi yang terkubur dalam-dalam. Nyonya Park tidak habis pikir. Bagaimana gadis ini bisa menahan semuanya? Bagaimana gadis ini bisa menyimpannya sendirian?

Dadanya sesak seiring dengan isak tangis Jisoo. Beberapa kali Nyonya Park menghapus air matanya yang jatuh tanpa aba-aba. Ya Tuhan, anak ini sudah melalui banyak hal yang menyakitkan.

Entah sudah berapa lama, isak tangis Jisoo perlahan mulai mereda. Namun, Nyonya Park tidak melepaskan dekapannya. Membiarkan gadis itu mengeluarkan semuanya hingga tetes terakhir.

Eyes on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang