Cerita ini murni karya saya dan bukan hasil terjemahan atau plagiat. Jika ada beberapa kesamaan dan kesalahan mohon dimaafkan. Beberapa penjelasan diambil dari internet, pengalaman dan imajinasi, jika ada yang salah boleh mengoreksi. Selamat membaca dan semoga anda menyukainya.
Song recommendation : Xu Jiaqi (许佳琪) - Deep Feelings
---Hingga warna keemasan di langit semakin terlihat dan warna biru cerah semakin meluas, Yelin masih berjalan melewati deretan halaman istana selir barat. Kakinya bahkan terasa lelah. Untuk sesaat, Yelin berpikir mungkin fisik Mu Ye Lin asli sangatlah lemah.
Tetapi, faktanya tidak. Yelin sudah berjalan hampir 500 meter. Karena istana selir barat memanglah sangat luas. Berjarak 100 meter dari gerbang belakang istana hingga mencapai barat Istana Longxi milik Kaisar.
Tiba-tiba Xiao Hua memanggilnya, "Yang Mulia Permaisuri?"
Yelin berhenti dan menoleh. "Ada apa Xiao Hua?"
Ketika raut wajah kesakitan Xiao Hua tampak di mata Yelin, dia mengerutkan keningnya bingung. Namun, Xiao Hua segera tanggap. "Maafkan hamba Yang Mulia, perut pelayan ini sangat sakit. Hamba, hamba harus pergi ke toilet terlebih dahulu. Tetapi, hamba takut meninggalkan Anda sendirian di sini, Yang Mulia."
Apa Xiao Hua menyiratkan bahwa dirinya takut sendirian?
Yelin menyipitkan matanya dan tersenyum murah hati yang biasanya menjadi senyum identik dari seorang Permaisuri.
"Xiao Hua, mengapa kamu menahan sakitmu? Bagaimana jika sakitmu bertambah parah? Jangan khawatir, Bengong tidak masalah untuk berjalan sendiri. Ada banyak pengawal istana yang berjaga di setiap halaman bukan? Katakan, mengapa Bengong harus takut di istana Bengong sendiri? Ayo! Cepat tangani sakit perutmu!"
Menunduk, Xiao Hua semakin erat memegangi perutnya seolah kesakitan. "Terima kasih, Yang Mulia. Hamba meminta pengampunanmu, Yang Mulia."
Yelin mengangguk, berbalik, dan berjalan lebih dulu tanpa menoleh lebih pada Xiao Hua. Sementara itu, Xiao Hua yang melihat Permaisuri berjalan sendirian di depan, tersenyum licik. Dia tidak lagi memasang wajah kesakitan.
"Yang Mulia Permaisuri, selamat menikmati jalan-jalanmu yang menyenangkan." katanya sambil berbalik pergi ke salah satu halaman selir barat.
Walaupun Yelin sudah berjalan cukup jauh, dia masih menyempatkan diri untuk sesekali melirik arah di mana Xiao Hua berdiri, dengan ekor matanya. Dia juga tahu bahwa Xiao Hua hanyalah bersandiwara barusan. Tetapi, Yelin tidak ingin mengungkapkan sandiwara Xiao Hua secara langsung.
Sebenarnya, Yelin tidak ingin berurusan dengan urusan istana dalam. Dia tidak ingin memiliki perselisihan dengan selir dan juga Kaisar. Hanya hidup damai yang Yelin inginkan. Tetapi tampaknya, ke-ramai-an lah yang menghampirinya.
Meski Yelin tidak ingin berurusan dengan itu semua, dia juga tidak akan membiarkan orang-orang yang ingin menginjak dirinya pergi dengan mudah. Jika dia bisa melawan, dia akan melawan.
Seperti prinsip yang telah diberikan ibunya di Jakarta dulu bahwa, jika ada seseorang yang membuatnya kehilangan gigi, maka dia, Yelin, harus membuat orang itu kehilangan gigi juga. Alias prinsip gigi ganti gigi, mata ganti mata.
Dan tampaknya, Mu Ye Lin ini dulunya terlalu baik dan naif sebagai nona muda Kediaman Mu. Prinsipnya penuh dengan apa itu kesopanan, keanggunan, ke-murah hatian, dan sebagainya. Selayaknya wanita kamar kerja. Hal ini membuat Yelin menggeleng pelan. Agaknya, Mu Ye Lin telah dimanfaatkan oleh pelayannya sendiri.
Yelin mendesah, kadang terlalu baik pada orang lain membuatmu dimanfaatkan oleh orang lain. Bahkan, orang terdekatmu pun bisa memanfaatkanmu.
"Xiao Hua ini, meskipun aku tidak mau berurusan dengan orang-orang yang berhubungan dengan Mu Ye Lin asli, tapi bagaimanapun juga sekarang aku menempati tubuhnya. Jadi, Xiao Hua, jika kau ingin bermain. Maka mari bermain!" kata Yelin rendah dan di bibirnya ada senyuman ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than an Empress [PROSES TERBIT]
Historical Fiction[Original Karya Saya] Yelin Anastasya tidak pernah menyangka dia benar-benar bertransmigrasi ke era dinasti imajiner kuno karena jatuh dari tangga dan mati. Awalnya dia di era modern adalah mahasiswi asal Indonesia di Nanjing University of Technolog...