Terimakasih telah menunggu update More Than An Empress.
Happy Reading.Song recommendation :
Xu Jiaqi - Deep Feelings***
Dinginnya angin malam yang berhembus dan menggerakkan tirai jendela Istana Chun Yi membuat seorang perempuan dengan gaun merah menyala, menguap ringan. Dengan kipas transparan bundar di tangan kanannya, dia tertawa setelah mendengar penuturan salah satu pelayannya.
"Apa itu benar? Permaisuri pingsan lagi?" tanyanya dengan senyuman lebar. Jelas terdengar ada nada kepuasan dari kalimatnya.
Pelayan berwajah bulat dan tembam itu mengangguk berulang kali. "Iya, Selir Yang Terhormat."
Tawa cerianya kembali terdengar.
Lin Rou Xue kemudian bangkit. Berjalan perlahan tanpa alas kaki. Langkahnya yang teratur dan halus bak langkah lotus membuat gerakannya terlihat lebih menarik hati. Dia lalu berhenti saat tangannya berhasil menyentuh pintu. Sebuah senyuman memikat kembali tercetak di wajahnya yang cantik tanpa cela.
"Akan bagus jika Permaisuri sering pingsan. Kuharap kali ini, dia benar-benar sakit." ujarnya perlahan.
Setelahnya, Lin Rou Xue melirik ke arah belakang, di mana pelayan yang memberikannya informasi tersebut berdiri dengan kepala tertunduk.
"Pergilah, tugasmu selesai untuk hari ini. Terus awasi tindakan Permaisuri dari jauh. Tidak perlu melakukan banyak hal, cukup laporkan apa yang kamu lihat padaku. Hilangnya Xiao Hua sebagai pion utama sangat merepotkan," katanya sembari memelankan kalimat terakhir.
Mendengar perintahnya, pelayan itu buru-buru mengangguk dan berjalan keluar dari Istana Chun Yi. Meninggalkan Lin Rou Xue sendirian yang masih tersenyum tipis. Gaun merahnya yang memiliki lapisan serta bahan tipis itu tertiup oleh angin sekali lagi. Tanpa bergerak banyak, Lin Rou Xue menjentikkan jarinya. Seketika, pintu-pintu dan jendela Istana Chun Yi tertutup rapat.
"Mo Feng, sudah lama aku tidak melihatmu."
Mengatakan itu, dia berbalik dan berjalan kembali menuju tempat tidurnya. Tangannya bergerak untuk melepaskan berbagai aksesoris yang masih melekat di kepala dan lehernya. Mulai dari jepit rambut, buyao, hingga kalung.
Tiba-tiba, sosok Mo Feng yang tersamarkan dalam gelap muncul dari udara tanpa aba-aba. Karena dia berada di dekat jendela dan meja kecil penuh lilin, sosoknya membuat bayangan yang jelas di belakang.
Sadar, Lin Rou Xue menyeringai. "Haruskah kamu selalu bersembunyi begitu lama saat menemuiku, Mo Feng?"
Mo Feng masih dingin dan jauh seperti biasa. Dia tidak menjawab pertanyaan itu sama sekali.
Dengan sabar, Lin Rou Xue meletakkan semua aksesorisnya ke dalam sebuah kotak dan menyimpannya ke meja samping. Masih dengan tindakannya yang halus serta elegan, dia lalu naik ke tempat tidur. Bersikap seolah Mo Feng tidak ada, dia segera merebahkan dirinya dengan posisi menyamping, tepat menghadap Mo Feng.
Menatapnya ambigu, Lin Rou Xue berkata, "Mo Feng ... apa yang ingin kau sampaikan hm? Apakah tentang pingsannya Permaisuri? Sayang sekali, beritamu sudah basi."
"Tidak." jawab Mo Feng pendek dan cepat.
"Oh?" Sedikit kejutan terlintas di mata Lin Rou Xue. "Lalu ada apa kamu kemari?"
Sedikit maju, Mo Feng menjawab dengan tenang. "Nona, saya mendengar bahwa Perguruan Moshan diserang oleh sekelompok orang dari perbatasan utara."
Merasa informasi itu tidak terlalu penting, Lin Rou Xue memudarkan senyumannya dan mengangguk. "Baik, aku tahu sekarang. Lalu apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than an Empress [PROSES TERBIT]
Ficção Histórica[Original Karya Saya] Yelin Anastasya tidak pernah menyangka dia benar-benar bertransmigrasi ke era dinasti imajiner kuno karena jatuh dari tangga dan mati. Awalnya dia di era modern adalah mahasiswi asal Indonesia di Nanjing University of Technolog...