Ch. 08 - Hari Yang Melelahkan

6K 723 27
                                    

Cerita ini murni karya saya dan bukan hasil terjemahan atau plagiat. Jika ada beberapa kesamaan dan kesalahan mohon dimaafkan. Beberapa penjelasan diambil dari internet, pengalaman dan imajinasi, jika ada yang salah boleh mengoreksi. Selamat membaca dan semoga anda menyukainya.

Song recommendation : Xu Jiaqi (许佳琪) - Deep Feelings

---

Mu Ye Lin tersenyum ketika sosok Xiao Qi yang ramping melangkah dan membungkuk menyapanya. "Salam Yang Mulia Permaisuri." Suara sapaan Xiao Qi terdengar bergetar.

Dia yang tampak gemetar, membuat Mu Ye Lin mengerutkan keningnya. "Bangunlah, Xiao Qi. Mengapa suaramu bergetar?"

Xiao Qi bangun. "Terima kasih, Yang Mulia. Pelayan ini, pelayan ini hanya gugup."

Mu Ye Lin memperhatikan baik-baik sosok Xiao Qi yang terlihat sedikit kotor. Pakaiannya agak kusut, beberapa bagian bahkan memiliki noda hitam mencolok. Pekerjaan dapur apa yang dilakukan Xiao Qi hingga terlihat kotor?

Dia lupa bahwa di era yang kuno ini, pekerjaan dapur atau memasak dilakukan dengan menggunakan tungku dan kayu bakar.

Tetapi Mu Ye Lin benar-benar tidak mendapatkan ingatan apapun tentang pekerjaan apa yang dilakukan Xiao Qi setelah Mu Ye Lin asli memerintahkan Xiao Qi ke dapur, dia menggeleng. Apa yang diketahui Mu Ye Lin asli ini sebenarnya?

"Jangan gugup, Xiao Qi. Bengong hanya ingin bertanya padamu. Apakah kamu yang menyajikan teh pada Bengong saat malam penyambutan selir?"

Xiao Qi menatap Mu Ye Lin yang tidak memiliki kebencian apa pun di matanya, tanpa alasan yang jelas, Xiao Qi tiba-tiba menjadi tenang. "Menjawab Yang Mulia, hamba tidak menyajikan teh itu pada Yang Mulia secara langsung. Hamba hanya menyajikan itu dari dapur, kemudian seseorang membawanya sebelum hamba membawakannya pada Yang Mulia. Ketika hamba pergi untuk menemui Anda, Yang Mulia ternyata sudah meminum teh itu. Lalu, hamba kembali."

"Mengapa seseorang itu membawanya lebih dulu?" tanya Lan Yu Liang. Semuanya terasa begitu mencurigakan.

"Mu Furen, pelayan ini sedang mencari gula sebagai tambahan untuk teh Yang Mulia. Karena hamba tahu, Yang Mulia menyukai teh yang manis. Tetapi saat hamba kembali, teh yang hamba siapkan sudah tidak ada. Hamba tidak tahu mengapa seseorang mengambilnya." Xiao Qi menjawab itu dengan tatapan yang bersih.

Mu Ye Lin tidak meragukan hal itu sama sekali. Karena dia tahu, seseorang yang berbohong selalu menyembunyikan tatapannya karena merasa bersalah. Tatapannya selalu tidak fokus dan bergerak-gerak menghindari lawan bicara. Sedangkan Xiao Qi ini bersikap mantap dan tenang, tatapannya ketika menjawab pertanyaannya dan ibunya juga bersih. Sama sekali tidak berbohong.

"Baiklah, Bengong mengerti."

Xiao Qi sedikit ragu, namun dia tetap bertanya pada akhirnya. "Yang Mulia, maafkan pelayan ini karena lancang. Tetapi apakah ada yang salah dengan teh itu, Yang Mulia?"

"Ya. Tentunya kamu tahu tentang Bengong yang keracunan, bukan?"

Xiao Qi menunduk sedih, dia menangis ketika mendengar Permaisuri keracunan dan terbaring dalam kondisi yang parah. Dia bahkan rela pergi mencari Tabib Gu tengah malam hanya untuk bertanya bagaimana kondisi Permaisuri.

"Pelayan ini mengetahuinya, Yang Mulia."

Mu Ye Lin mendengar nada sedih Xiao Qi, dia tersenyum. "Xiao Qi, Bengong curiga teh itu dicampur dengan racun. Ketika Bengong bertanya pada Xiao Hua, dia mengatakan pada Bengong bahwa yang menyajikan teh itu adalah kamu. Namun anehnya dia juga mengatakan dia tidak yakin. Bengong benar-benar dibuat bingung karenanya."

More Than an Empress [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang