13: Dragged Across Reality

1.5K 318 152
                                    

Halooo... Iya aku balik dulu, mau bikin pengumuman soalnya, huhuw.. Tapi biar sama-sama enak, aku sekalian update satu bab yaa.. Sebenernya mau update pengumuman aja, tapi karena ada yang nge wall dan DM nanya updatenya, dan votenya sudah 130 lebih, jadinya aku kasi satu bab deh 🤭 makasii buat yang udah nanyain dan nungguin. Nanti kalo votenya kembali banyak (lebih 130), aku update lagi deh. Kalo engga, aku lanjut ke RL dulu ya bebs...

Aku bikin pengumuman di sini karena tau, ga semua yang baca cerita ini follow aku, jadi ga semuanya bisa terima announce ku. Cuma mau bilang, kalau kalian butuh bacaan oneshoot, boleh loh follow akun BelamourProject

Belamour adalah kumpulan oneshoot yang aku bikin bareng temen-temen author lainnya. Sudah ada season 1, season 2 dan season 3 nya loh.. Dan yang ke-4, story pertamanya baru akan meluncur tanggal 1 nanti 😍❤ silahkan mampir dan beri dukungannya ya ^^

 Dan yang ke-4, story pertamanya baru akan meluncur tanggal 1 nanti 😍❤ silahkan mampir dan beri dukungannya ya ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

Kematian dan mereka yang ditinggalkan.

Setelah berhasil menahan rindu selama ini, harus kah pertahanan hati Isabelle runtuh?

Kali ini, melalui mimpi dan perdu-perdu indigo di dalamnya, Isabelle menemukan dirinya telah menjadi objek di dalam sajak ironi semesta, berdiri mematung sambil memandang jauh satu sosok tinggi-tegap yang memunggunginya.

Jika dihitung, tak banyak elemen yang ada di sana. Yang bisa ia jumpai hanya dirinya, punggung kokoh yang familiar, semak belukar gelap, dan gema gong kuil yang terdengar samar, mengalun dan merambat di udara hingga menjauh mengikuti arah mata angin. Selebihnya, hanya ada hamparan perdu biru keunguan dengan bentuk aneh, melingkar-lingkar dan menjulang tinggi, menusuk langit malam yang kelam.

"Ayah ..."

Suaranya terdengar sendu, karena Isabelle tahu, mendekat pun tak akan ada yang bisa ia raih untuk dibawa pulang hingga terjaga nanti. Tak akan bisa menggenggam tangan hangat yang selalu membelai pipinya dulu seraya mengucap petatah-petitih, bahwa meski dunia tak berjalan seperti semestinya, tapi semua akan baik-baik saja selagi mereka tetap bersama.

Kejam memang. Diantara jutaan skenario bunga tidur, Tuhan malah memberinya yang satu ini. Seakan bagi-Nya, airmata Isabelle yang mengalir adalah lelucon yang tak pernah tak lucu.

Langit kelam yang menaungi Isabelle mulai menurunkan tirai berupa kabut tebal, merahap apapun di bawahnya, menyapu puncak kepala hingga ujung sepatu boots yang belum juga ia tanggalkan sejak kembali dari restoran milik Jungkook sebelumnya. Lalu, ketika teringat kembali pada sosok sang ayah yang belum juga berbalik menatapnya, Isabelle lekas mendekat, menembus halimun putih di hadapannya, membuat gerakan menebas seolah yang menghalanginya itu adalah belukar liar penuh duri.

The Scar We Choose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang