27: Dantae and His Punishment

1.3K 251 531
                                    

Votenya dulu ya bebs.. Tinggal pencet bintang di bawah kiri kok 💋💋💋

 Tinggal pencet bintang di bawah kiri kok 💋💋💋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Isabelle menemukan laut hitam itu lagi.

Riaknya pelan, penuh raut berkabung dari wajah-wajah pelayat, terkadang menjadi sedikit manis akibat wangi samar ribuan Krisan yang yang dijejerkan di sepanjang lorong gedung duka.

Dulu, dialah yang duduk di pelipir ruangan, menerima tatapan iba dari siapa pun yang bersimpuh dan memberikan penghormatan terakhir di hadapan foto Kazuo. Dulu, Taehyung menjadi tamu siluet hitam penghabisannya, sebelum map coklat terkutuk itu disodorkan padanya. Isabelle membeku dalam perenungannya. Betapa dirinya dan Taehyung amat kerdil di dalam lini waktu yang tak berbatas. Peti jenazah, foto duka berbingkai hitam, pita berkabung, semuanya menghantam Taehyung tanpa aba-aba, tanpa persiapan apa pun. Lagipula, tak ada kematian yang dapat diprediksi jauh sebelum waktunya.

Isabelle menyongsong Taehyung, lalu duduk di hadapannya. Meski pernah menjadi bagian dalam pohon keluarga, namun kali ini dia datang hanya sebagai seseorang dengan derajat serupa dengan tamu lainnya---hanya sebagai pelayat biasa, bukan kerabat. Meski demikian, ia bersedia bekerja sama dengan Jimin mengurusi semua perihal pemakaman.

"Kau terlihat sangat lelah," sebut Isabelle pelan selagi satu tangannya menangkup tangan Taehyung yang terkepal di pangkuan. "Pulanglah. Aku dan Jimin akan mengurus semuanya."

Wajah Taehyung yang memang terlihat lelah terangkat sedikit ke atas demi menatap wanita yang masih sangat dicintainya itu. "Tenang saja. Aku tidak lelah."

"Taehyung, aku tahu bagaimana rasanya tersiksa di tengah kehilangan orang yang kita cintai. Aku ada di posisimu berbulan-bulan yang lalu."

Tiba-tiba Taehyung tertawan oleh rasa bersalahnya lagi. Dia memandangi Isabelle sendu, namun dua iris hazel wanita itu justru memancarkan semacam keteguhan dan kekuatan yang pekat, seolah tak ada yang dapat mengalahkannya lagi. Isabelle sudah ditempa begitu dahsyat oleh dendam dan amarah yang menjadikannya begitu berbeda dari sosoknya ketika pertama kali Taehyung menemuinya di pemakaman Kazuo, dan ini yang membuat Taehyung lebih terluka. Kehilangan sosok ibu memang meremukkan hati, tapi menyadari bahwa dia turut andil dalam menghancurkan kebahagiaan Isabelle dan membuatnya melalui masa-masa pelik ternyata lebih menyakitkan.

"Ya Tuhan, Isabelle, maafkan aku ..." Taehyung tertunduk dalam. Tangan-tangannya tetap mengepal di atas lutut ketika tetes demi tetes air mata jatuh di pangkuannya.

"Taehyung, ini bukan salahmu," Isabelle mengulurkan satu tangannya untuk menangkup satu punggung tangan Taehyung, "Bukan salahmu. Sama sekali bukan."

Di antara air matanya, Taehyung tersenyum getir lalu menggeleng, "Ini semua memang salahku." Kalau saja dirinya tidak sepengecut ini.

Masih berpikir bahwa Taehyung menyalahkan diri atas kematian ibunya, Isabelle lekas memeluk pria yang masih ditelan duka itu. "Kau ini terlalu lelah. Aku akan menyuruh Jimin untuk mengantarmu pulang. Biar aku yang mengurus sisanya di sini."

The Scar We Choose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang