20: Lost & Found

1.9K 307 446
                                    

Haaaii maaf ini aku repub krn baru nyadar ada sedikiiiiitttt plot hole dan aku agak kurang sreg sama awalannya krn waktu itu baru aja abis baca buku sesepnulis, dan gaya bahasaku kebawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haaaii maaf ini aku repub krn baru nyadar ada sedikiiiiitttt plot hole dan aku agak kurang sreg sama awalannya krn waktu itu baru aja abis baca buku sesepnulis, dan gaya bahasaku kebawa. Pas aku baca lagi jadi mikir, ini kok aku nulis gini sih, wkwkwkwk.. maka kuubah lagi awalannya. Tapi intinya tetep sama kok, donwori, mmwah!


.


.


Kali ini di dalam mimpinya, Isabelle kembali menjumpai Kazuo, sang ayah. Berbeda dari sebelumnya, sosok kharismatik dan rupawan itu tak lagi memunggunginya. Kazuo di sana, di batas cakrawala dari seladang gandum keemasan, juga jingga langit dengan garis mega yang tipis-tipis membayang.

Kazuo tersenyum. Kerut berwibawanya muncul di sudut mata dan bibir. "Isabelle," sebutnya. Suaranya terdengar jauh lebih dekat dan menggema dibanding jaraknya berdiri.

"Ya, Ayah."

Tangan Isabelle mengulur. Ingin melangkah, namun ragu ladang keemasan ini akan menenggelamkannya seperti lautan ilalang di mimpi sebelumnya.

"Ayah tahu, kau pasti bisa."

Dalam sekedip mata, angin kencang bertiup. Sesuatu menarik Isabelle dengan cepat hingga ia bisa merasakan dua kakinya terombang-ambing di udara untuk kemudian terhempas pada sebuah permukaan yang lembut dan memantul.

Isabelle terjaga. Pegas kasur masih bergerak pelan akibat sentakan badannya. Kemudian, aroma daun nilam dan mawar itu bertandang lagi ke penghidunya. Selagi Isabelle berbaring pada satu sisi, pria di belakang tubuhnya melingkarkan tangan pada pinggangnya yang telanjang, dan seketika itu juga Isabelle terluka. Ia rasakan bagaimana dua macam emosi yang bertentangan saling membelit, memutar, menciptakan tornado paling mematikan bagi logikanya. Dia sudah tiba di ujung kewarasannya sendiri, dan bagi Isabelle itu adalah sebuah tempat yang tidak akan pernah bisa lagi Taehyung masuki.

"Isabelle ... maafkan aku," Suara rendah menawan itu terdengar lirih.

Isabelle mendengkus, "Aku membencimu," balasnya, sebuah frase yang terdengar lucu, karena beberapa jam lalu, Isabelle bahkan tak menolak saat tahu Taehyung menyusulnya, menumpang di balik selimut yang sama. Mereka seolah-olah telah didamaikan paksa oleh keheningan dan kesepian yang tahu bahwa Isabelle benci menangis dalam senyap sendirian.

"Benci saja. Tidak apa." Taehyung semakin mengeratkan pelukan, dagunya kini melekat pada bahu Isabelle yang masih memilih memunggungi.

"Benar-benar sialan kau, Taehyung."

"Aku tahu."

"Aku tidak akan pernah bisa memaafkanmu!"

"Aku tidak akan pernah berhenti meminta maaf padamu."

Isabelle kembali terisak, dan semua aksara milik Taehyung kembali hilang dirahap suram. Satu-satunya yang bisa pria itu lakukan hanya mengacukan maniknya pada tangan wanitanya yang tergeletak begitu pasrah di depan wajah, menjalarkan sebuncah rasa bersalah yang tidak akan pernah bisa Taehyung tepis. Maka, digenggamnya kelima jemari ringkih itu. Dinikmatinya bagaimana cinta bisa membuat dunianya terbolak-balik hanya dalam waktu tiga bulan.

The Scar We Choose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang