25: Inconvenient Truth

1.3K 293 477
                                    

Haiiii pakabaaarrr... tetep yah aku inginnya berbasa-basi meski tau ini updatenya udah telat bangeettt... Mian... Aku kemarin sedang pindahan, sehingga banyaakk banget urusan yang harus diselesaikan, entah itu urusan rumah maupun kerjaan. After this and that, aku akhirnya punya waktu nulis, tapi itu pun dicicil karena tiap megang adaaa aja kendalanya. Hiks... Makasih yaa sudah nungguin. Buat readers yang baru datang dan marathon, uuuwwww makaciiiii sekaliiiiii... Untuk readers yang udah lama ngikutin pun aku ucapkan makaciiiiii yang sama banyak dan besuarrrnyaaaa *finger heart*

.

.

Berita kemalangan itu tiba pada dua orang berbeda melalui cara dan hantaman emosional yang sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Berita kemalangan itu tiba pada dua orang berbeda melalui cara dan hantaman emosional yang sama. Pada Taehyung, melalui pesan singkat elektronik ketika pria itu baru saja menuruni undakan tangga jet pribadi yang mendarat sempurna di Incheon, dan pada Isabelle, juga melaui pesan singkat ketika ia dan Jungkook baru saja akan memasuki gerbang keberangkatan di Bandar Udara Internasional Zurich.

Tangan tua Daeho menggigil ketika menyimpan kembali gawai pada saku celananya, tahu bahwa tidak ada satu pun di antara Taehyung dan Isabelle yang bisa menerima berita semacam ini tanpa keterkejutan dan kepedihan mendalam. Suryeon mengalami kecelakaan fatal. Separuh nyawanya sedang ia pertaruhkan di ruang operasi. Saat ini, Daeho adalah satu-satunya orang yang teguh menantikan kabar baik walau hanya secuil di balik pintu dingin dan kaku ruang tindakan medis tersebut.

Berselang satu jam, Taehyung datang. Dia tak berucap apa pun. Rasa pilu itu mencuri suaranya. Tangisnya tumpah begitu menghambur ke dalam pelukan Daeho yang juga sudah terlihat susah payah menahan air mata.

"Aku yakin kita akan segera mendapatkan kabar baik," Daeho menepuk lembut pundak Taehyung, "Aku yakin," ulangnya lemah dan bergetar. Namun Daeho sendiri takut. Bagaimana jika ia menemukan tangis yang jauh lebih memilukan di saat kabar baik itu tak 'kan pernah datang lagi?

***

Taehyung tidak tahu, apakah yang kini tengah ia saksikan berupa mukjizat atau sebaliknya? Dua puluh jam yang lalu, dokter berhasil menangani pendarahan otak dan beberapa fraktur di tubuh Suryeon. Sayangnya, tanda vital wanita malang itu melemah hingga satu-satunya jalan menuju harapan yang kecil itu hanya dengan meletakkan Suryeon pada unit perawatan intensif, bersama berbagai macam alat penopang hidup terhubung pada badannya.

Tak ada lagi yang bisa Taehyung lakukan selain menyaksikan semuanya melalui dinding kaca tembus pandang, sementara paramedis berlalu lalang di belakangnya, mengusung perkara lain yang tak kalah penting. Taehyung baru berpaling ketika menyadari keberadaan sosok lain di sampingnya, berdiri dengan jarak cukup dekat, sama-sama memandangi tubuh tak berdaya Suryeon di balik dinding kaca.

"Apa kau menemukan sesuatu?" Taehyung bertanya tanpa basa-basi. Air wajahnya pupus dan kelelahan tergambar jelas di sana.

Kim Namjoon, seorang jaksa muda idealis yang amat dibenci Dantae, pria yang baru saja menyusul Taehyung itu hanya menarik nafas dan membuangnya keras sebelum menjawab, "Pihak kepolisian mengakui telah menemukan tersangka. Seorang pekerja pabrik. Pria berusia tiga puluh. Mereka bilang, ada cacat produksi pada mobil yang menabrak mobil ibumu. Tapi tentu saja tim investigasiku menemukan kejanggalan. Ada dua benturan berbeda. Artinya, tidak hanya satu benturan fatal sebagaimana yang lazim ditemukan jika rem bermasalah. Jika pelaku sempat menginjak rem di saat genting seperti itu, tidak masuk akal jika pelaku kembali menekan pedal gas dan menyebabkan benturan kedua."

The Scar We Choose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang