( re-publish )
Dua bulan yang lalu, dia masih punya banyak cerita dan mimpi untuk ia kisahkan ulang, berkali-kali, pada ayahnya. Dua bulan yang lalu, hidupnya lebih mirip hitam dan putih, merah dan biru, hijau dan kuning, tanpa warna lain yang telah terfusi. Apakah putih tapi lebih gelap? Hitam tapi samar? Pink atau peach? Biru atau tosca?
Semuanya kini tak jelas dan tak pasti.
Namanya Takahashi Isabelle. Usianya baru dua puluh tahun saat pria itu datang bersama berita gilanya, bahwa setelah ayah Isabelle meninggal, gadis itu telak akan menjadi istrinya, istri seorang Kim Taehyung.
Cap legal di atas surat wasiat yang sampai kini masih Isabelle aggap terlalu konyol namun berdasar hukum yang jelas itu adalah bukti bahwa ini semua bukan sekedar omong kosong belaka.
Sekarang, di sini lah Isabelle berdiri, di kamar presidential suite milik satu-satunya hotel prestisius berbintang tujuh di Seoul, menatap lekat pada salju akhir Desember yang perlahan turun meninggalkan lapisan putih tipis di bingkai luar jendela.
Penanda waktu menunjukkan pukul lima petang, tandanya sudah satu jam resepsi pernikahannya usai.
Kim Taehyung, pria yang telah mengambil dan memberi sumpah suci bersamanya, baru saja kembali. Ketukan pantofelnya membelah ruangan yang sunyi, menggema sebagai pertanda bahwa mulai detik ini, Isabelle punya satu sosok baru dan asing untuk ia biarkan masuk ke dalam hidupnya, suka atau tidak suka.
Isabelle masih mengingat dengan jelas, Pria Kim itu punya tarikan pada bibir yang tak ramah saat menyambutnya di depan altar. Apa pria itu sama seperti dirinya, tidak menginginkan pernikahan konyol ini? Kalau memang benar, Isabelle akan menyelamatkan harga dirinya lebih dulu, tidak akan mau bersikap ramah kecuali pria itu yang lebih dulu melakukannya. Menurut Isabelle, itu cukup adil.
"Jujur saja, aku tidak menginginkan pernikahan ini. Sama sepertimu." Seketika suara Isabelle memecah hening. Gelagatnya tenang sekali, seolah tiap kata yang terucap tak memiliki beban di atasnya. Padahal, ia hanya menebak.
"Kau benar. Tidak ada yang menginginkannya, Isabelle. Tapi memangnya kau bisa apa?"
Isabelle tak menyangka, dugaannya tak meleset sama sekali.
"Tidak ada. Memangnya aku diberi pilihan?" Isabelle tersenyum sarat ironi, namun tetap enggan berbalik. Yang ia jadikan media untuk menatap sosok di belakangnya masih berupa pantulan dari kaca jendela di depan wajah, memperlihatkan Taehyung sedang melepas blazer setelan dan melemparnya ke atas ranjang putih besar di sebelahnya, lalu beranjak ke depan cermin.
Taehyung menghela panjang. "Aah, Isabelle ... tck!" keluhnya seraya melepas dasi kupu-kupu berwarna hitam yang mulai terasa mencekik dan tak nyaman. Saat yang tersisa di badannya hanya kemeja putih beserta celana kain hitam, Taehyung menggelung lengan kemejanya hingga sebatas siku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scar We Choose ✔
Fanfiction[ Cerita tamat. Chapter lengkap GRATIS! Namun hanya via PDF, dan hanya bagi yang sudah follow + drop email di wall atau kolom komen cerita ] Mature/NC content 🔞 Cerita ini akan banyak sekali unsur dewasanya. Jadi author mohon, jika belum cukup umur...