7: The Essential of Necessity

1.9K 349 234
                                    


Haii aku update bab 7 revisi yaa 😍 makasih buat reader-nim yang udah nungguin.. Borahae 💜

Votenya jangan lupa zheyeeeng 💋

_______________❇❇❇_______________

Jimin melempar asal sebuah selimut tebal pada tamunya yang sudah tiba dari setengah jam yang lalu. Tamunya ini--seperti yang sudah Jimin duga--pasti mengalami hari yang berat. Hanya saja Jimin tidak menduga, ruang tamu apartemen duplex satu kamarnya malah dijadikan barak pengungsian dadakan seperti ini.

"Kau tahu, kan, kenapa aku tidak mengijinkanmu tidur di kamarku?" Jimin menopang tangan pada pinggang sambil bersiap-siap menjawab pertanyaannya sendiri. "Karena kau selalu butuh sesuatu untuk dipeluk setiap tidur."

"Ya, aku paham, kau tidak suka dipeluk ketika tidur," balas Taheyung datar.

"Tidak suka kalau dengan sesama laki-laki," ralat Jimin, "that's weird, man. What is wrong with you?"

Taehyung lelah, tidak peduli lagi pada omelan Jimin, lalu memilih merebahkan badannya pada sofa sambil menarik selimut. "Ya sudah, tidur sana. Jangan ngomel lagi. Berisik."

Jimin menghela sembari turut duduk di sisi kaki Taehyung. Memang susah kalau terlanjur peduli dan dekat begini, masalah Taehyung malah jadi masalahnya juga, mau tak mau. "Taehyung, apa kau yakin harus begini?"

Tahu Jimin akan merepet lagi, Taehyung hanya bisa diam, merasa tenaganya untuk membalas kemungkinan omelan lanjutan dari Jimin sudah hilang.

"Bisa kau bayangkan, gadis dua puluh tahun mengalami semua kekacauan seperti tadi sore? Wow, Tae, sejujurnya aku takjub, Isabelle tidak sampai ingin berpisah darimu. Kalau dia adikku, sudah kusuruh dia menjanda saja saat itu juga," Jimin menggeleng tak habis pikir. Sampai kapan dia harus menjadi mentor asmara bagi Taehyung seperti ini? Sudah serupa dengan mengasuh anak itik saja, mengekor ke mana-mana. Untung Jimin sabar.

"Taehyung."

"Hmm."

"Sudah mau tidur?"

"Hmm."

"Mau tidur atau marah padaku?"

"Hmm."

"Cuma bisa bilang hmm?"

Taehyung diam.

"Kau mau aku ke rumahmu saja, ya, biar kutemani istri cantikmu itu. Dia pasti sedang ketakutan dan kesepian. Ah, jackpot sekali. Yang seperti itu biasanya pasrah mau diperlakukan apa saja."

"Oke, oke, aku bangun," Taehyung segera mendudukkan badan. "Sialan. Mau bilang apa lagi?"

"Kau harus pulang. Sekarang."

Taehyung mendecak lalu mengusak rambutnya sendiri. Setelahnya dia malah menunduk dalam, seperti bakung layu.

"Hey," Jimin menepuk pundak karibnya itu lalu memijatnya sekilas. "Ini tidak seberat yang kau pikirkan. Tinggal pulang saja, minta maaf, mengalah, kubur egomu dalam-dalam, lalu kau tau kan? Bulan madu?"

Mendengar Jimin berujar demikian, Taehyung justru semakin hilang gairah, lalu merebahkan badannya pada sandaran sofa. "Jim, by any chance, apa kau pernah mendengar nama Jeon Jungkook?"

"Jeon Jungkook?" telisik Jimin, lalu dia menggeleng saat tak berhasil mengingat apa pun.

Taehyung mendesah panjang, lalu mengeluarkan ponselnya sendiri, membuka laman pencarian dan menunjukkan sesuatu pada Jimin.

The Scar We Choose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang