Nggak pake target2an vote dulu. Aku mau hiatus sebulanan karena ada urusan keluarga hehe... Nanti kalau sempat, aku tetap akan up ya, tapi mohon jangan terlalu ditunggu dalam sebulan ini, takut kecewa T__T
Harusnya cerita ini hanya tinggal dua chapter lagi, tapi mungkin jadi 3 termasuk bonchap. Yang kemarin nagih e-book, mohon tetap vote ya...
--------------※※※--------------
Lima bulan bukan waktu yang sebentar.
Bagi Isabelle, dalam lima bulan, kejadian-kejadian di hidupnya selalu beralih, silih berganti, tak terputus, dan begitu banyak. Tiba di Menashi, mendengar berita kematian Dantae dari Jimin, Kyujin dipenjara atas pembunuhan Suryeon, memulai cuti kuliahnya, membantu Jungkook merintis lagi satu restoran yang baru, parade pergantian musim, sakura yang mekar, daun-daun gugur, ranting meranggas, semua terjadi hanya dalam kurun waktu lima bulan.
Tapi, lima bulan juga terlalu cepat, seakan semua mimpi buruk itu baru saja terjadi kemarin.
Sudah beberapa kali Isabelle terbangun tengah malam seperti ini. Keringat dingin bercucuran, jantung yang tak juga dapat memelankan detaknya, kengerian yang membayangi sesudahnya. Berkali-kali bunga tidurnya menjadikan Isabelle pecundang. Mengejek Isabelle melalui kilasan-kilasan masa lalunya yang diselipkan dengan tidak indah, buruk, hancur pada setiap malam, seakan dunia belum cukup kejam baginya.
Isabelle menangis, tapi terhenti karena melakukannya sambil ketakutan seperti ini hanya membuat sesak di dadanya jadi lebih berat. Dia berupaya memelankan nafasnya, berharap segalanya membaik, tapi ini terlalu sukar. Rasanya dia tak sanggup melakukannya sendirian.
Baru saja dia akan berterik memanggil nama Jungkook, pintu kamarnya bergeser, pria itu keburu muncul dengan kimono tidur yang terbalut asal-asalan.
Jungkook lekas menghampiri Isabelle yang masih terduduk dengan wajah basah oleh peluh, lalu memeluk gadis itu, mengusap belakang kepalanya lembut sambil mendesiskan sshhh.
"Oppa, mimpi itu datang lagi."
"Aku tahu. Aku mendengarmu berteriak."
"Aku lelah, Oppa, lelah sekali," Suara Isabelle mulai rendah. Tangisannya keluar lagi.
Bayangan kelam itu masih mengikuti Isabelle ke mana pun. Walau Dantae telah mati, dia tak hilang. Apa yang telah dperbuatnya amat membekas dan memberi dampak kuat pada hidup Isabelle. Dan selama ia masih mengandung, tidak ada pil-pil yang dapat mengobatinya.
"Bella, kau harus ingat, kau tidak sendirian di sini. Aku selalu ada. Kau harus mulai melihat sisi baik dari semuanya jika tak ingin mimpi itu terus mengganggumu. Kau sayang bayimu, kan?"
Isabelle teringat untuk mengelus perutnya yang semakin membesar, lalu mengangguk. Kandungannya kini sudah berusia tujuh bulan lebih. Dia tak mau segalanya sia-sia hanya karena mimpi buruk.
"Bagus. Tidak ada yang bisa membahayakanmu di sini. Kau dan bayimu aman bersamaku."
"Oppa ..."
"Ya?"
"Aku haus, ingin minum."
Jungkook membuka pelukannya, "Baiklah, sebentar, aku akan mengambilkannya untukmu."
Pelan-pelan, Jungkook beranjak dan keluar meninggalkan Isabelle. Lorong yang menghubungkan rumah utama dengan dapur yang dilaluinya masih gelap. Ketika ia kembali sambil membawa segelas air putih, lorong yang semula kelam, kini membias terang kekuningan. Pendarnya berasal dari kamar Isabelle yang pintunya masih terbuka. Tidak ada yang ganjil bagi Jungkook, hingga saat ia tiba di bibir pintu, matanya membola ngeri. Gelas yang semula digenggamnya, lekas diletaknya serampangan di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scar We Choose ✔
Fanfiction[ Cerita tamat. Chapter lengkap GRATIS! Namun hanya via PDF, dan hanya bagi yang sudah follow + drop email di wall atau kolom komen cerita ] Mature/NC content 🔞 Cerita ini akan banyak sekali unsur dewasanya. Jadi author mohon, jika belum cukup umur...