18: Blood Money

1.5K 284 309
                                    

Haiii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haiii.. lama banget ya aku baru update. Maaf kalo aku jd jarang up bulan puasa gini, huhuw.. Oh ya, ntah kenapa aku lebih nyaman nulis Suga dengan Suga-ssi daripada Tuan Suga, rasanya lebih pas aja gitu. Gapapa ya kalau rada ga konsisten jadinya, soalnya biar aku nyaman nulisnya juga ^^ Dan mungkin lagi-lagi fotonya ga nyambung hahah, soalnya ini foto dr jaman aku upnya taun lalu, ga kuganti krn sayang komennya T___T

Btw, kemarin aku bilang ya mau double up, tapi karena bab 19 dan 20 itu bakaln NSFW bangettt (well 20 ga terlalu sih, tapi tetep aja), jadi aku memutuskan up nya selesai bulan puasa aja.. berarti selesai puasa nanti ada tiga bab langsung, adil kaan ^^ makanya ayo vote teruuus, komen juga yang banyak, siapa tau kalau gitu aku jadi berubah pikiran dan up lebih cepet kan, hoho...

Terima kasiih buat yang udah sabar nungguin. Cinta dan sayang banyak banyaaakkkk...

.

.

.

"Sudah kubilang, kan, aku akan datang ke rumahmu?"

Dari sekian momen menakutkan dalam hidupnya, bertemu Jihee ternyata mampu membuat adrenalin dalam tubuh Isabelle memuncak hanya dalam hitungan detik. Jantungnya berpacu hebat, saraf-saraf tubuh memperingatinya untuk bertahan dan bersiap melawan. Isabelle teringat kembali pada bunyi letusan senjata laras pendek itu, terbayang lagi gema langkah-langkah Jihee menaiki tiap undakan tangga, pun jerit kesetanan Jihee ketika menyebut namanya dengan sumpah serapah yang begitu brutal. Bertemu lagi seperti ini sama saja rasanya seperti dilempar ke medan perang tanpa persiapan apa pun.

"Apa maumu kali ini, Nona Lee? Kalau untuk membuat drama lagi di depan mantan kekasihmu, sayang sekali dia sedang tidak di rumah."

Jihee tersenyum mencemooh, yakin sekali mendengar getar ketakutan dalam suara Isabelle barusan.

"Mantan kekasih, ya?" sebut Jihee tenang.

Selangkah yang Jihee beri sontak membuat Isabelle mundur perlahan. Wangi parfum yang dikenakannya merambati udara-udara, mencekam dengan cara yang paling mengerikan di tengah angin dingin bulan Februari.

"Isabelle. Namamu pasti pemberian ibumu, betul? Kudengar, dia orang terbuang, tidak diakui lagi sebagai keturunan Moreau semenjak memilih menikah dengan pria miskin dari laut timur Asia."

Nanarnya tatapan Isabelle adalah sesuatu yang memang Jihee nantikan, Isabelle bisa merasakannya. Wanita ini sengaja mempermainkan emosinya, pikir Isabelle. Namun, alih-alih membalas sengit, Isabelle menununjuk gerbang yang masih terbuka dengan celah sempit meski dengan telunjuk bergetar.

"Keluar dari rumahku sekarang."

Jihee terkikik geli, "Baru begini sudah marah? Tidak mau tahu darimana aku mendapatkan semua informasi tadi, Takahashi Isabelle?" Dengan angkuhnya Jihee melipat tangan di depan dada, "Lahir di Menashi, Hokkaido. Ibumu meninggal ketika melahirkanmu. Pindah ke Seoul ketika usiamu dua tahun, karena ayahmu menjadi kurator kehormatan di Museum Nasional Seoul dan menjadi mentor arkeologi di SNU."

The Scar We Choose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang