33. Meticulous Surrender

1.5K 255 124
                                    

Haiii aku lagi ga bisa tidur 😭😭😭 jadi aku up aja yaa, maybe nanti akan aku revisi kalo pas baca ulang nemu sesuatu yg ga pas.. Pokoknya skrg mah up aja dulu yessss 💜 jangan lupa vote dan komennya agar algoritma cerita ini bagus 😍 yang cuma kepo atau cuma pengen ambil reader, ya aku bisa apa ya selain mendoakan kalian insyaf 😌

.

.

Orang bilang, cara paling ampuh untuk mengurai pikiran yang kusut adalah, kembalikan saja semuanya pada alam. Pergilah dan hindari kesibukan kota, telusuri jalan itu sampai jauh, sampai semua makin mengerut dan lajur-lajur menyempit hingga menjadi satu. Terus saja lajukan kendaraanmu hingga yang kau temui di kanan-kiri bukan lagi gedung tinggi yang berdiri, melainkan pepohonan rimbun yang memagari, juga gunung dan bukit yang mengawal dari jauh.

Taehyung meremat gelas kertas di tangannya hingga remuk. Kopi di dalamnya sudah tandas sejak beberapa menit lalu. Di luar taksi yang sedang melaju, pohon-pohon mapel menguning, ilalang kehilangan hijaunya, aliran sungai di bawah jembatan begitu bening dan dangkal hingga batu-batu di bawahnya terlihat seperti harta karun yang siap dikeruk. Jauh di sisi hutan yang lain, daun cherry ranggas dan hanya menyisakan dahannya yang kering menghitam. Sayangnya, alam Ishikari yang sangat mampu mencuri hati pelancong mana pun tetap tak sanggup membuat kemelut di benak Taehyung berkurang.

Sudah satu jam berlalu sejak Taehyung bertolak dari Bandara Internasional Chitose. Pada bangku supir, seorang pria paruh baya yang sepertinya tak terlalu suka pada pekerjaannya (atau pada keberuntungannya hari ini), tetap membisu dan hanya membalas ucapan Taehyung sekadarnya walau penumpangnya itu cukup fasih berbahasa Jepang. Tapi Taehyung tak akan ambil pusing. Dia membuka dan membaca lagi satu surel dari Suga di gawainya.

Alamat yang tertulis di sana membuat Taehyung mengira-ngira seperti apa hunian Jungkook yang akan disambanginya ini, juga mengira-ngira bagaimana reaksi pria itu jika bertemu dadakan dengannya seperti ini. Ada sekelumit gugup yang membuat ibu jarinya menggulir layar ponselnya dengan gelisah, namun dibanding itu semua, antusiasmenya jauh lebih besar.

Di bagian lain surelnya, Suga dengan jelas menyebutkan bahwa dia tak menemukan catatan pernikahan Jungkook maupun Isabelle. Fakta tersebut tidak konsisten dengan isi artikel yang menyatakan kesuksesan Jungkook tak lepas dari dukungan sang istri. Tapi, siapa pun bisa melakukan kesalahan, bukan? Siapa pun, termasuk penulis artikel yang mungkin sudah terlalu lelah melakukan pemeriksaan silang sebelum menerbitkan hasil kerjanya yang hanya dapat imbalan minim itu.

Lalu bagaimana anak itu bisa ada? Jawabannya mengerucut menjadi tiga kemungkinan. Pertama, dan yang paling umum untuk ditebak, anak itu adalah anak yang Jungkook adopsi. Kedua, mereka memang tidak menikah walau memiliki anak. Ketiga, anak itu memang bukan dilahirkan oleh Isabelle, alias, Jungkook mempunyai hubungan serius dengan wanita lain.

Taehyung menimang-nimang ponsel di tangannya. Pandangannya melambung tinggi ke luar jendela, jauh melampaui pohon-pohon cherry dengan dahan gundul dan menghitam. Ke mana pun tiga jawaban itu akhirnya bermuara, Taehyung merasa dia memiliki sebuah kesempatan yang layak untuk diperjuangkan walaupun hanya setitik. Dia merasa tak pernah sepenuh harapan ini.

"Kita hampir sampai di alamat tujuan, Tuan. Tolong bersiap dan  periksa kembali barang bawaan Anda, jangan sampai ada yang tertinggal," Pengemudi paruh baya itu mengingatkan.

"O-oh, baik. Terima kasih sudah mengingatkan," balas Taehyung.

"Sebenarnya ini bukan musim yang bagus untuk melancong. Festival musim gugur di sini tidak banyak seperti daerah lainnya di Hokkaido. Tapi kudengar, ada restoran menu bahari yang terkenal di sini."

The Scar We Choose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang