26: Darkest Winter

1.4K 288 399
                                    

Haeeeii bebs.. Lama ga update cerita ini ya huhuw.. Maaf 🥺 makasih yaa buat yang udah sudi mampir.. Juga yang rajin vote dan komen, sayang bangettt sama kaliaan tau gaa 💋💋💋

Yang kemarin belom sempet baca chapter sebelumnya, yok scroll dulu bebs, biar ga bingung ..

Kejadian demi kejadian berlalu cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kejadian demi kejadian berlalu cepat. Pada mulanya, Isabelle hanya tahu ia harus lekas membawa dirinya menuju unit gawat darurat walau mengabaikan tawaran Taehyung untuk memapahnya. Tak sampai lima detik berikutnya, pandangannya menggelap, peluhnya bercucuran walau hawa tak mungkin lebih panas daripada tiupan nafasnya sendiri. Ia terhuyung, coba menopang berat tubuhnya pada dinding hingga akhirnya dia menyerah dan pasrah ketika Taehyung sigap membopongnya.

Selanjutnya, yang dapat dilihatnya hanya lampu putih yang tertanam pada eternit lorong rumah sakit, bau-bauan cairan alkohol menyengat, wajah Jimin dan Jihee yang bingung juga satu pria lain yang tadi bersama mereka. Sementara suara paling dominan yang bisa ditangkap gendang telinganya hanya deru nafas Taehyung yang berpacu ketika menggendongnya dalam dekapan, seruannya pada orang-orang yang dia rasa menghalangi jalannya, serta ketukan sepatunya yang silih berganti begitu cepat.

"Taehyung, kepalaku pusing," gumam Isabelle.

"Aku tahu, Isabelle, tapi aku bersamamu," balas Taehyung terengah, "Kita akan tiba di ruang gawat darurat sebentar lagi, semuanya akan baik-baik saja. Jangan khawatir."

Semenit kemudian Taehyung berteriak panik pada petugas paramedis mana pun yang ditemuinya di sebalik pintu ruang gawat darurat, meminta siapa pun untuk memeberikannya, memberikan Isabelle, satu brankar kosong.

Sepuluh menit berikutnya tak dapat lagi Isabelle ingat dengan jelas, yang pasti, setelah beberapa petugas paramedis mengelilinginya dan berbicara singkat dengan Taehyung, sesuatu disuntikkan pada nadinya. Selang hanya beberapa waktu, Isabelle lekas dipindahkan ke ruangan lain yang jauh lebih pribadi, masih dengan Taehyung yang setia mengikutinya.

Isabelle meraba perutnya yang belum besar, sedikit bersyukur rasa sakit yang dirasanya tidak sehebat sebelumnya lagi, tapi Isabelle masih belum sanggup melenyapkan seluruh kecemasannya.

"Taehyung," panggil Isabelle.

Taehyung yang sejak awal selalu tak berjarak dari brankar, mendekat duduk di sisi Isabelle dan menggenggam lembut tangannya. "Aku di sini," jawabnya.

"Kenapa belum ada satu orang pun yang datang?" tanya Isabelle waswas.

Taehyung segera merundukkan tubuhnya agar bisa mendekap Isabelle walau dengan posisi yang tidak begitu nyaman. Masih tidak membiarkan genggaman mereka terlepas, Taehyung mengecup lembut puncak kepala Isabelle.

The Scar We Choose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang