Semoga Bella-Taehyung shiper ga ngambek abis ini 🙈
.
.Haiii... Melawan kemageran yang ada, aku akan tetap melanjutkan ini karena readers yang nungguin ternyata masih banyak (dalam hitunganku, 30-an voters dari readers baru itu udah banyak, thanks yaa 🥺), dan aku masih ngutang sama readers yg dulu2 😭 maaf yaa.. Btw, udah follow aku belum? Fhalaw dulu dong cakep2nya aghuuu... Jadi pas aku pengumuman bisa tau ada apa dan kenapa2nya 😁
.
.
"Kupastikan dia membusuk di penjara."
Jimin hanya menatap Taehyung datar sebelum berujar, "Apa yang membuatmu begitu yakin?"
Taehyung menarik kembali serenteng kenangan suram masa kecilnya yang tidak akan terkikis hingga kapan pun. Setiap orang pasti memilikinya, kan? Namun Taehyung yakin, miliknya ketika masih berumur tak lebih dari sepuluh mungkin yang paling kelam di antara semuanya.
Setelah kematian ayah kandungnya, Taehyung tidak pernah lagi merasakan manfaat dari keluarga. Unit terkecil dalam masyarakat tersebut nyatanya tidak mampu membuatnya mendapatkan rasa aman. Percuma saja.
Semua materi yang Dantae beri harus dibayar dengan trauma psikis yang cukup besar. Tamparan pada pipi, hukuman cambuk, mengurungnya di kamar gelap, bahkan Dantae tidak segan menjambak dan menyeret kepalanya di depan kawan-kawan sebaya yang sedang bermain bersama jika nilai Taehyung kedapatan tidak setinggi harapannya. Namun ini semua tak seberapa dibanding menyaksikan satu sisi wajah Suryeon, sang ibu, menempel di lantai, dengan sepatu pantofel Dantae yang mengkilap menekan bagian atas kepalanya.
Taehyung tidak akan pernah melupakan tatapan Suryeon kala itu. Tatapan seorang ibu yang seakan ingin melindunginya dari jarak jauh walau tahu sedang tak punya kuasa apa pun. Lain waktu, Taehyung mendapatkan tatapan serupa ketika Dantae berulang kali membenturkan kepala wanita malang itu pada pintu lemari.
Tak ada yang bisa menghentikan Dantae. Itu sebuah adiksi. Ada kekosongan yang ingin Dantae isi dan ini jelas bukan sesuatu yang dapat Taehyung wajarkan. Tak akan ada yang menganggap ini normal, dan tak akan ada yang tahu, apa lagi yang sanggup Dantae lakukan jika ini terus menerus dibiarkan. Mendapati tragedi seperti ini, Taehyung justru menangkap sebuah peluang untuk menyingkirkan Dantae dari kehidupannya, kehidupan ibunya, dan kehidupan Isabelle sepenuhnya.
Yang lebih utama dari semuanya, Taehyung murka begitu tahu Dantae sengaja menjebak ibunya agar secara tak langsung terlibat sebagai kaki tangan di dalam pembunuhan Kazuo. Maka, keputusannya telah tepat. Taehyung akan menyingkirkan Dantae sejauh dan selama mungkin.
"Dia ancaman. Tidak hanya bagi Isabelle," Taehyung terdiam sejenak. Rahangnya beradu erat. "Bagiku dan ibuku, dari dulu dia sebuah ancaman."
Jimin menghela dan membetulkan kerutan pada kerah jasnya. "Kalau memang begitu, apa rencanamu?"
Sebelum Taehyung menjawab, Jimin bangkit dari sofa, lalu menyambar rokok yang tadinya akan Taehyung pantik di antara kepitan bibirnya.
"Ruang kerjamu ini baunya sudah mirip rumah bordil murahan. Jangan merokok lagi," Jimin melempar sebatang gulungan tembakau yang masih utuh itu ke tong sampah, kemudian kembali mendudukkan tubuhnya pada sofa, berhadapan dengan Taehyung. "Jadi, apa rencanamu?" ulang Jimin.
Taehyung bergeming. Dua tangannya tergenggam menyatu dengan ibu jari yang beradu-adu.
"Aku tahu satu cara."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scar We Choose ✔
Fanfiction[ Cerita tamat. Chapter lengkap GRATIS! Namun hanya via PDF, dan hanya bagi yang sudah follow + drop email di wall atau kolom komen cerita ] Mature/NC content 🔞 Cerita ini akan banyak sekali unsur dewasanya. Jadi author mohon, jika belum cukup umur...