24: In The End of Winter

1.6K 314 505
                                    

Pernahkah kau merasa seperti dirimu ini terlalu biasa? Terlalu biasa seperti satu butir pasir di antara jutaan lainnya yang tersebar di garis pantai? Terlalu biasa seperti kau hanya debu di luasnya dunia? Park Jimin tidak akan pernah merasakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pernahkah kau merasa seperti dirimu ini terlalu biasa? Terlalu biasa seperti satu butir pasir di antara jutaan lainnya yang tersebar di garis pantai? Terlalu biasa seperti kau hanya debu di luasnya dunia? Park Jimin tidak akan pernah merasakannya. Pria itu diciptakan Tuhan ketika timbangan rasa percaya dirinya jauh lebih berat, ditambah lagi dengan segala pesona yang tak bisa ditampik.

Namun malam itu, di ruang bawah yang remang akibat seluruh lampu telah dipadamkan, Jimin melihat bagaimana Jungkook seolah baru saja dikalahkan oleh makna dirinya sendiri. Tatapan pria itu kosong pada perapian di hadapannya. Tangannya hanya memeluk diri, dan dia terlihat tidak masalah ketika berlama-lama berdiri, walau di belakangnya deretan sofa kulit empuk yang jauh lebih nyaman siap menyambutnya kapan saja.

Taehyung sialan juga rupanya, Jimin tersenyum miris. Bisa-bisanya pria itu membuat Jungkook menunggui mereka begini. Siapa saja cukup dewasa untuk mengerti apa yang mereka lakukan di atas sana.

Jimin mendekat tanpa bunyi langkah yang kentara hingga Jungkook sedikit kikuk ketika menyadari Pria Park itu sudah berdiri di sebelahnya.

"Bir?" tanya Jimin. Rupanya masing-masing tangannya sudah menggenggam sebotol bir, salah satunya ia sodorkan pada Jungkook.

Jungkook menerimanya dan tersenyum tipis. Dia membuka tutupnya dengan tangan kosong, melemparnya ke dalam perapian, lalu membuat gerakan bersulang pada Jimin sebelum menenggaknya habis hanya dalam sekejap.

Jimin memandangi itu semua dengan kemahfuman yang tergambar jelas, lantas turut meneguk birnya satu kali. Mulutnya mendesis ketika mencecap sisa rasa pahit-manis dari bibirnya. "Kupikir rasanya enak karena melihatmu menghabiskannya dalam sekali teguk, tapi ternyata aku lebih suka soju. Seingatku, bir Jerman tidak sepekat ini," Jimin meneliti botol kaca pada tangannya dengan seksama, "Mungkin aku membeli merek yang salah," Padahal diam-diam Jimin merasa yakin dia membeli label yang sama.

"Ini ale. Bisa jadi yang Anda beli sebelumnya lager," Jungkook membalas tanpa menolehkan wajahnya pada Jimin. Hitam matanya membayang jingga akibat pantulan api di depannya.

"Bukannya sama saja? Ale, lager, itu hanya bahasa Jerman untuk menyebut bir, kan?"

Jungkook menggeleng. "Lager mempunyai citarasa lebih lembut. Pengrajin membuatnya dengan ragi yang menetap di dasar cairan, ini membuat rasanya tidak sekuat ale."

"Itu dan satu lagi. Ale difermentasikan pada suhu yang relatif lebih tinggi, sementara lager pada suhu yang rendah." Suara Taehyung menyahut tiba-tiba selagi pria itu menuruni tangga. Gerakannya ketika melewati tiap undakan begitu tenang, meski tatapannya dingin dan bibirnya nyaris tidak menunjukkan satu bentuk emosi pun. Langkahnya terhenti ketika berada percis di samping Jungkook. "Menurut pendapat pribadiku, hal ini yang lebih memberi pengaruh pada perbedaan rasa di antara keduanya."

The Scar We Choose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang