22: Deep in Depth

1.4K 304 477
                                    



Lamunan Isabelle hanyut ke tengah-tengah Danau Lucerne yang tampak hangat walau saat itu suhu Swiss mencapai minus empat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lamunan Isabelle hanyut ke tengah-tengah Danau Lucerne yang tampak hangat walau saat itu suhu Swiss mencapai minus empat. Sudah dua jam ia dan Jungkook menempuh perjalanan dengan mobil sejak tiba di Bandara Internasional Zurich pada pukul tujuh pagi waktu setempat.

Di sisi kanan dan kiri, berkelebat bayang-bayang pohon pinus yang rapat memagari jalanan. Sekali waktu, satu celah besar terbuka, memamerkan warna tosca danau yang megah, terbentang luas di balik deretan pepohonan yang rimbun. Daerah yang mereka lalui bukan sebuah area padat tengah kota, melainkan sebaliknya. Isabelle bahkan bisa melihat jelas puncak pegunungan Alpen yang menjulang gagah walau jauh.

"Kalau menurut titik peta, kemungkinan besar kita akan tiba lebih kurang sepuluh menit lagi."

Suara berat Jungkook merebut atensinya. Isabelle berpaling dari jendela dan melempar kepalanya pada sandaran jok dengan lelah. Entah mengapa dia ingin perjalanan ini tidak pernah usai. Dia tidak ingin tiba di rumah danau yang telah Taehyung persiapkan. Dia tidak ingin bertemu pria itu lagi, entah bagaimana dia harus menghadapinya nanti. Di atas segalanya, dia tidak ingin takdir menempatinya sedemikian rupa pada kondisi pelik seperti ini. Tapi siapa dia sehingga bisa menyalahkan takdir?

"Isabelle."

Isabelle menoleh pelan. Jungkook sedang memberinya tatapan penuh afeksi yang mengisi ruang-ruang hampa di hatinya dengan pas. Separuh kegelisahan Isabelle menguap seketika.

"Kau terlihat sedang tidak baik-baik saja," Jungkook melingkarkan tangannya pada bahu Isabelle, lalu menariknya mendekat agar ia bisa memeluk Isabelle dengan lebih leluasa. "Apa yang sedang kau pikirkan?"

Isabelle menggeleng kecil. "Bukan apa-apa. Hanya beberapa urusan mengenai pengajuan cuti kuliahku," elaknya.

"Sebut apa yang bisa kubantu. Apa mereka mempersulitmu? Kau mau aku yang berbicara pada mereka?"

Isabelle tertawa ringan. Mungkin Jungkook lupa betapa bertambahnya usia mereka kini, betapa Isabelle bukan lagi sesosok mungil yang kerap mengadu padanya dulu ketika salah seorang kawan sekolahnya menjahili, atau ketika dia tidak bisa menemukan pasangan kaus kaki bermotifnya ketika tergesa di pagi hari. Jungkook selalu bersikap melebihi saudara laki-laki terbaik mana pun di dunia.

Tiba-tiba Isabelle merasa canggung. Dia lekas menarik diri dari pelukan Jungkook. "Tidak. Tidak usah. Aku bisa menanganinya sendiri," jawabnya.



Untungnya, Jungkook tidak terlalu menangkap kerikuhan yang Isabelle beri. Pria itu lebih ingin memastikan bahwa jalur yang dilalui memang sudah sesuai dengan peta digital pada ponselnya. Jungkook khawatir jika Isabelle lelah akibat terlalu lama di perjalanan walau hanya selisih satu menit. Jungkook tidak akan mau jika mereka sampai mengambil jalur yang salah dan malah memperlambat rute.

The Scar We Choose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang