20. Don't be afraid, just listen to me

2.7K 288 68
                                    


***

SEMUANYA terjadi dalam rentang waktu yang singkat. Dini hari, Syifa membujuk suaminya untuk ke rumah sakit karena kondisi kesehatan lelaki itu yang tampak drop.

Syifa selaku dokter yang menangani memutuskan untuk memberikan treatment cuci darah, sekalipun pemandangan itu akan sangat menyakitinya, Syifa tidak tega namun tidak memiliki cara lain untuk meringankan rasa sakit lelaki itu.

"Istirahat Mas…" lirih Syifa. Sebelah tangan Rizky yang bebas ia tangkup dengan telapak tangan, sesekali Syifa menempelkan pipinya pada punggung tangan Rizky, seolah memeluk.

"Syifa" panggil Rizky dengan suara lemahnya.

Syifa langsung mengalihkan perhatiannya secara penuh untuk menatap sepasang bola mata suaminya. Syifa harus menggigit bibir bawahnya saat menyadari jika kini wajah lelaki itu sudah berkali-kali lipat lebih pucat dan lemah.

Sebelumnya Syifa sudah meminta Rizky supaya istirahat karena ia tahu, berbicara pun akan terasa menyakitkan untuk lelaki itu. Apalagi sekarang?

"Iya Mas?"

"Maaf…"

"Maaf sudah menyusahkan…"

"Mas nggak pernah menyusahkan aku, jangan pernah bilang hal semacam itu lagi Mas"

"Mas Rizky kuat ya?" pinta Syifa, lebih tepatnya di dalam lubuk hatinya Syifa benar-benar memohon. Melihat kondisi suaminya yang sekarang tidak hanya membuatnya sakit tetapi juga takut.

Syifa takut kehilangan suaminya.

Akan jadi seperti apa hidupnya jika Rizky Delana tidak hanya hilang dari pandangannya, tetapi juga dari genggaman semesta?

Rizky menganggukan kepalanya pelan, mencoba untuk tersenyum tipis. Mengingkari kenyataan jika pada detik itu, ia nyaris kehilangan harapan untuk hidup.

Usapan lembut jari-jemari Syifa pada puncak kepalanya membuat Rizky perlahan memejamkan mata. Setetes air dari sebelah kelopak matanya lolos saat merasakan ciuman yang Syifa berikan pada keningnya.

***

Pagi-pagi sekali, Ranti sudah sampai di rumah sakit. Ia membawakan sarapan untuk Syifa.

Keduanya kini berada di luar luang ruang inap karena khawatir mengganggu Rizky yang tengah tertidur.

"Mama bawain makanan kesukaan kamu Syif, makan yuk, mama temenin" ucap Ranti. Dengan antusias wanita itu membukakan kotak makanan yang ia bawa, termasuk menyiapkan sendok dan garpu untuk Syifa. Syifa benar-benar hanya tinggal memakannya saja.

"Syifa belum lapar Ma…" tolak Syifa dengan halus. Untuk sekarang jangankan merasa lapar, ia bahkan tidak nafsu sedikitpun saat melihat makanan.

"Nggak boleh gitu sayang, kalo kamu nggak makan nanti sakit, kalo sampai sakit nggak bisa jaga Rizky"

Syifa tahu itu. Tapi sulit bagi Syifa untuk menelan makanan sementara di dalam sana suaminya sedang terbaring lemah dengan rasa sakit. Yang saat ini Syifa inginkan hanyalah kesembuhan Rizky, tidak ada yang lain.

"Rizky pasti sembuh, Syif. Kita semua tahu, sekuat apa dia" ucap Ranti, mengerti akan apa yang dikhawatirkan putrinya. Sama seperti Syifa, ia pasti punya rasa khawatir, namun sebagai pendamping mereka harus lebih tegar.

"Syifa nggak tega ngeliatnya Ma…" lirih Syifa.

"Iya, tapi kalau kamu lemah, bagaimana dia bisa kuat?"

Ucapan Ranti itu bagaimana tamparan keras untuk Syifa. Mamanya benar. Ia tidak boleh terus-terusan seperti ini.

"Makan ya? Jangan lupa doa dulu"

𝐻𝑒𝒶𝓇𝓉𝒻𝑒𝓁𝓉  (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang