****
" Will you marry me, Asyifa Adriana Agatha?"
Langkah lelaki yang menggunakan jas navy itu terhenti tepat di ambang pintu masuk.
Betapa lucunya permainan semesta, di saat ia datang untuk mengisi perut, justru kedatangannya disambut oleh suatu hal yang berhasil merampas nafsu makannya. Tak hanya nafsu makan, namun juga seluruh pasokan udara dalam paru-parunya.
Bagaimana tidak?
Kini tak jauh dari hadapannya, seorang pemuda sedang berlutut di hadapan mantan gadisnya seraya menyodorkan kotak beludru berwarna merah
"Terima, terima, terima"
Bukan hanya pemuda itu, Rizky juga menunggu di tempatnya. Ia menunggu jawaban apa yang akan keluar dari bibir mungil itu, meskipun sejujurnya dalam dirinya tidak ada secuil pun kesiapan atas itu.
"Jangan Syifa, jangan"
Dari sini ia bisa melihat Syifa yang tampak salah tingkah, tujuh tahun berlalu, wajah gadis itu masih saja polos dan kaku setiap kali diajak bicara soal perasaan.
Perempuan yang menggunakan kaus putih yang dibalut overall dress semata kaki berwarna cream itu tampak begitu cantik, menggemaskan seolah usianya masih tujuh belas.
Saat ia tengah memandangi, siapa sangka tiba-tiba Syifa mendongak, membuat sepasang bola mata mereka saling berpadu.
Tidak ada yang berubah dari hangat dan teduh tatapan dari sepasang bola mata coklat itu, semuanya masih seperti dulu. Hanya saja,sama seperti pertemuan mereka di rumah sakit beberapa hari yang lalu, bibir mereka hanya saling bungkam.
Tak ingin berlama-lama terjebak dalam situasi menyesakkan ini, lelaki itu segera membalikkan tubuh, berjalan menjauh.
Mungkin memang seharusnya ia tidak boleh berada di tempat ini, tindakan yang bisa saja ngacaukan kebahagian di hati Syifa dengan kembali mengingatkannya akan rasa sakit.
Lelaki itu tampak menghela napas berat.
Mengapa rasanya harus sesakit ini ketika mengetahui Syifa akan menjadi milik seseorang? Seorang yang mungkin saja bisa memberikan kebahagiaan lebih untuk Syifa.
Mengapa hatinya seolah meronta saat mengetahui tempat yang pernah menjadi posisinya akan diisi oleh orang lain?
Padahal ia sadar, Syifa berhak bahagia.
"Loh, mau kemana bro?
Tanya Rian, ia dan Jonathan baru saja hendak menyusul, namun yang hendak disusul justru sudah keluar dari restaurant.
Seperti kebiasaannya di masa lalu, setiap kali ditanya Rizky justru membalasnya dengan pertanyaan ketus.
"Siapa yang pilih tempat ini?"
Dan hanya dengan mendengar nada bicaranya yang dingin, Rian tau pasti ada sesuatu yang telah membuat suasana hati saudaranya itu kacau.
"Gue, what's wrong? ini tempat makan terbaik di Jakarta menurut gue"
"Bangsat Lo!"
Makinya seraya meninggalkan Rian dan juga Jonathan."Anjir, Lo denger yan? Setelah tujuh tahun akhirnya ada yang bangsatin gue lagi"
Meskipun sempat terkejut, Jonathan sama sekali tidak merasa tersinggung. Justru sikap sahabatnya barusan itu kembali menariknya dalam berbagai nostalgia menggelikan.
Rian juga ikut terkekeh pelan. Ia merasa lega karena akhirnya Rizky mau menunjukkan kepribadiannya lagi. Selama ini tau persis jika saudaranya itu terlalu memaksakan diri untuk hidup dalam dunia yang sama sekali tidak ia sukai.
Ia menepuk pelan, sebelah pundak Jonathan
" Maklum, filternya ketinggalan"
****
Hola, selamat bertemu versi romance dari MWTBB 🥰
Gimana? Penasaran sama ceritanya? Jangan lupa unduh ceritanya ya:)
Oh ya ada saran buat visual cowok yang ngelamar dokter Syifa? Xixi
Salam sayang,
mrsmendes_
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐻𝑒𝒶𝓇𝓉𝒻𝑒𝓁𝓉 (2)
RomanceTAMAT~ 𝑼𝒓𝒖𝒔𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒕𝒊 𝒕𝒆𝒓𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂 𝒎𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈 𝒓𝒖𝒎𝒊𝒕, 𝒕𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒔𝒆𝒅𝒆𝒓𝒉𝒂𝒏𝒂. 𝑹𝒊𝒛𝒌𝒚 𝒅𝒂𝒏 𝑺𝒚𝒊𝒇𝒂 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒋𝒂𝒍𝒊𝒏𝒂𝒏 𝒌𝒖𝒂𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒖𝒃𝒖𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒕𝒊 𝒌𝒆𝒅𝒖𝒂𝒏𝒚𝒂, 𝒔...