16. Kamu : Milikku yang paling berharga

2.9K 354 151
                                    

***

SEJAK awal tujuan utama Rizky adalah datang ke perusahaan, ia bahkan tidak sempat kembali ke mansion untuk sejenak beristirahat. Sejatinya, kata santai memang tidak pernah ditemukan dalam kamus bisnis seorang Rizky Delana. Hanya kerja keras dan tidak membuang waktu.

Begitu mobilnya berhenti dengan sempurna, seseorang dengan seragam serba dengan sigap membukakan pintu untuknya, sedikit membukukan badan ketika ia turun, begitu juga dengan beberapa pekerja keamanan yang berjaga di depan lobi.

"Selamat pagi, Tuan"

Rizky hanya memberikan anggukan singkat seraya melewati mereka.

Dentuman pantofelnya sepertinya begitu familiar untuk seluruh pegawai kantor, hal itu terbukti dengan mereka yang begitu cepat menyadari keberadaannya. Mereka memberikan jalan dan menyapa atasannya dengan hormat.

"Selamat siang Pak Delana, seluruh undangan rapat sudah hadir dan berada di dalam. Silahkan Pak" ucap Della seraya tersenyum.

Sekretarisnya itu tampaknya sengaja menunggunya di depan pintu ruang meeting.

Rizky rasa ia tidak perlu menjawab apa-apa. Ia segera melangkahkan kakinya masuk dan membuat semua orang yang berada di dalam ruangan itu sontak mengalihkan pandangan ke arahnya.

Rizky Delana kembali.

Dan ia yakin tidak semua orang merasa senang dengan kehadirannya kali ini.

***

Sift sore membuat Syifa bisa banyak membantu mama di pagi hari. Mulai dari menyirami tanaman, menyiapkan sarapan, dan yang sekarang tengah Syifa lakukan.

Syifa yang sedang mencuci peralatan makannya itu menyadari dengan baik kehadiran papanya. Lelaki itu duduk di kursi dekat meja makan untuk minum kopi seraya membaca koran.

Seusai meletakkan peralatan makan yang telah dicuci, Syifa mengeringkan tangannya menggunakan kain lap. Saat ini, ia dilema.

Rasanya ingin sekali Syifa menghampiri Papa untuk membicarakan semuanya dengan kepala dingin. Berharap lelaki itu mau mendengarkannya lalu kemudian perlahan mengerti. Namun Syifa juga tidak tahu harus mulai dari mana. Secara, Papanya selalu jadi lebih emosional jika ada yang membicarakan Rizky.

"Papa ingin Syifa siapkan camilan?" tanya Syifa pada akhirnya.

"Boleh"

Setelah mendengar persetujuan Papanya, Syifa memotongkan beberapa lembar bolu untuk disajikan kepada Papanya. Tersenyum pada lelaki itu saat mereka sudah saling berhadapan.

"Papa, sedang sibuk?"

"Duduk jika ingin bicara sesuatu"
Syifa segera mengambil duduk di sisi papanya, merasa bersyukur karena ia mendapatkan kesempatan ini.

"Sebenarnya papa sudah tahu apa yang akan kamu katakan"

"Soal lelaki itu bukan? Jangan tertipu dengan apa yang berusaha ditunjukkan, dia tetap orang yang sama"

"Papa hanya mau kamu melupakan lelaki itu, Syifa. Tidak ada gunanya mempertahankan pembawa masalah"

Sejenak, Syifa kehilangan kata-kata. Bahkan sebelum ia bicara, ia seolah sudah mendapatkan jawaban atas segalanya.

Papanya menutup semua pintu untuk Rizky, hingga tak tersisa setitik pun celah. Dan umpama kertas putih dengan satu titik hitam, Papa hanya bisa melihat satu kesalahan Rizky.

Syifa menggigit bibirnya yang gemetar, ia harus bicara dan bukannya menangis.

"Lelaki yang Papa maksud itu…, Papa sendiri yang membawanya dalam hidup Syifa…"

𝐻𝑒𝒶𝓇𝓉𝒻𝑒𝓁𝓉  (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang