11. Satu hari, bersamamu.

3.3K 372 111
                                    


***

RIZKY meletakkan secangkir teh di hadapan Raline, membuat perempuan yang tadinya sedang melamun itu sontak mengalihkan pandangan ke arahnya.

"Minumlah"

"Kenapa tiba-tiba baik?" heran Raline. Tidak biasanya Rizky berbicara santai kepadanya, bahkan sampai membuatkannya teh.

Sementara Rizky, ia mengambil duduk pada sofa yang berbeda. Alasan dari sikapnya pagi ini, tak lain dari sekedar empati. Raline terlihat begitu kacau pagi ini, perempuan yang selalu tampil sempurna itu sepertinya tidak lagi memperdulikan pandangan orang terhadapnya.

"Apa sebelum hari ini aku terlihat jahat?" tanya Rizky.

Diberi pertanyaan seperti itu,  secara spontan Raline mengingat setiap momen pertemuannya dengan lelaki itu. Rizky Delana adalah sosok yang dingin dan menyebalkan, tapi disisi lain ia harus mengakui jika lelaki itu juga terlihat berwibawa dan cerdas. Bahkan mungkin sesekali juga terlihat tampan. Dan mungkin semua itu yang menjadi alasan mengapa orang tuanya terutama mamanya ingin menjodohkannya dengan lelaki itu.

"Belum sampai ke level jahat, tapi cukup menyebalkan sampai terkadang aku ingin menerkam wajahmu dengan kuku"

Rizky terkekeh pelan. Perempuan itu memang unik. Tidak ada satupun orang yang berani berbicara terlalu jujur tentang kepribadiannya.

"Ini susu? Kamu pikir aku bayi?" protes Raline saat mengangkat cangkirnya dan menemukan susu, bukannya teh seperti yang ia kira.

"Untuk menetralisir alkohol, semalam kamu mabuk"

"Tapi tidak terjadi apa-apa kan?" selidik Raline. Jantungnya berdegup cepat saat mendengar jika semalam ia terlalu mabuk. Terakhir kali mabuk, ia melakukan kesalahan bodoh yang  sampai kapanpun akan selalu ia sesali.

Rizky menggeleng. Setelah membaca raut Raline, ia tahu jika perempuan itu tidak ingin mendengar kenyataan jika semalam perempuan itu menciumnya dengan agresif. Raline pasti akan malu dan mereka akan menjadi sangat canggung.

Lagipula itu hanya ciuman tak sengaja. Hal biasa baginya yang memiliki masa muda dengan lingkungan pergaulan yang bisa dibilang cukup bebas.

"Kamu hanya mabuk"

"Jangan bilang, kamu yang mindahin aku ke kamar?"

Raline sangat menunggu jawaban Rizky, namun lelaki itu justru  tidak memberikannya jawaban. Lelaki itu  hanya bangkit dan mengucapkan kalimat yang kembali terdengar menyebalkan di telinganya.

"Lain kali mabuk saja di bar, jangan mengotori apartemenku"

***


"Nanti malam kamu akan datang bersama Syifa  kan Thar?"
Athar yang mulanya sedang mengoleskan selai pada selembar roti itu tampak menghentikan aktivitasnya sejenak, memberikan perhatiannya secara penuh kepada kakak perempuannya.

"Iya"
Nanti sore akan ada acara keluarga, dan ia juga sudah memberitahukannya kepada Syifa. Mereka akan pergi bersama dan itu akan menjadi kesempatan baik untuk lebih mengenalkan Syifa pada keluarga besarnya.

"Kamu tahu dia punya sepupu atau teman lelaki?"

"Maksud  Kak Raya?" heran Athar. Syifa akan menjadi istrinya, tentu ia sudah banyak melakukan pendekatan kepada keluarganya.

"Sebenarnya aku nggak enak ngomong seperti ini Thar, bukannya maksud mengadu, tapi karena aku rasa seharusnya kamu tahu. Aku pernah nggak sengaja melihat Syifa bersama seorang laki-laki,  di pusat perbelanjaan, dan mereka bergandengan tangan"

𝐻𝑒𝒶𝓇𝓉𝒻𝑒𝓁𝓉  (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang