***SAAT membuka mata, Rizky menyadari jika dirinya tengah berada di rumah sakit. Langit-langit putih dan juga botol infus yang dilihatnya adalah pertanda mutlak.
Ia pasti terlalu banyak minum alkohol sehingga keadaannya jadi seperti ini.
Justru yang membuat Rizky terkejut yaitu saat menundukkan pandangan, dan mendapati wanita berjas putih yang saat ini tengah terlelap di sisi ranjangnya.
Benaknya de Javu pada momen di mana ia menemukan Syifa yang diam-diam menungguinya, tidur dengan posisi tak nyaman sepanjang malam.
Mana mungkin perempuan di hadapannya ini adalah Syifa?
Tapi siapa jika bukan Syifa?
Pada akhirnya, Rizky lebih memilih untuk memejamkan mata, merintih lirih sesekali. Kepalanya terasa berat, begitu juga perut bawahnya yang terasa semakin sakit.
"Ky?"
Sepasang kelopak mata milik lelaki itu yang mulanya terpejam, sontak terbuka dengan sempurna saat ia merasakan sesuatu ditempelkan pada perut bawahnya.
Betapa terkejutnya ia saat menjumpai perempuan yang kini berdiri tepat di sisinya, menempelkan telapak tangan pada perutnya.
Syifa.
Gadisnya.
"Sakit?"
Rizky dapat merasakan hangat sentuhan tangan mungil itu yang menjalar tak hanya di bagian perut, namun hingga ke seluruh bagian tubuhnya.
Rizky mengangguk pelan, membuat Syifa mulai beranjak untuk menyiapkan penanganan.
"Syifa?"
Panggilnya lirih, membuat syifa yang tadinya sibuk memeriksa itu kini mengalihkan pandangan ke arahnya.
Di saat itulah sorot mata keduanya bertemu, berpadu dengan sempurna di bawah terangnya cahaya lampu.
Tidak ada yang berubah dari wajah gadis itu meskipun tujuh tahun sudah berlalu, sepasang bola mata coklat, pipi chubby juga bibir mungil itu masih terlihat sama manis dan menggemaskannya seperti terakhir kali mereka bertemu.
Lelaki itu tersenyum, semu.
Takdir baru saja mengantarkannya pada Syifa, sekali lagi. Setidaknya, kini ia bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri jika Syifa sudah menjadi seorang dokter, seperti apa yang selalu gadisnya itu cita-citakan.
"Saya tahu, kamu pasti akan mendapatkan apa yang menjadi mimpimu sejak dulu"
Sementara Syifa. Kata 'saya' yang digunakan oleh lelaki itu membuat Syifa percaya. Rizky yang ada di hadapannya kini sudah menjadi seorang yang dewasa dan bisa diandalkan. Sosok ideal yang Syifa butuhkan sebagai pendamping.
"Sayap yang pernah saya kasih benar-benar kamu manfaatkan dengan baik. Saya ingin kamu tahu, jika saya bangga dan bersyukur atas keberhasilanmu"
"Seandainya, ini benar pertemuan pertama kita sejak tujuh tahun lalu mungkin saya akan menangis"
Rizky mengusap jemari Syifa, di mana pada salah satunya terdapat sebuah cincin.
Pemandangan itu membuat sepasang bola mata Syifa terasa panas. Keputusannya untuk menerima Athar kini baru terasa menyakitkan. Seandainya ia tahu, Rizky akan benar-benar kembali, Syifa mungkin tidak akan pernah membuat keputusan seperti ini.
"Kamu tetap menerimanya meskipun melihat saya"
Syifa hanya bisa menggigit bibir. Ternyata yang dilihatnya kala itu benar Rizky. Lelaki itu ada di tempat yang sama saat Athar melamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐻𝑒𝒶𝓇𝓉𝒻𝑒𝓁𝓉 (2)
RomansaTAMAT~ 𝑼𝒓𝒖𝒔𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒕𝒊 𝒕𝒆𝒓𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂 𝒎𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈 𝒓𝒖𝒎𝒊𝒕, 𝒕𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒔𝒆𝒅𝒆𝒓𝒉𝒂𝒏𝒂. 𝑹𝒊𝒛𝒌𝒚 𝒅𝒂𝒏 𝑺𝒚𝒊𝒇𝒂 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒋𝒂𝒍𝒊𝒏𝒂𝒏 𝒌𝒖𝒂𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒖𝒃𝒖𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒕𝒊 𝒌𝒆𝒅𝒖𝒂𝒏𝒚𝒂, 𝒔...