14. Better with you

4.1K 387 129
                                    


***

SEPERTINYA banyak hal yang tak sengaja Syifa lewatkan dengan begitu saja. Sehingga ketika terbangun, ia cukup merasa bingung.

Meskipun berada di tempat ini terasa nyaman, namun Syifa yakin ini bukan kamarnya. Dekorasinya cukup asing, namun tak sepenuhnya terasa begitu. Entah mengapa, Syifa yakin ia akan betah jika tinggal di sini.

Syifa mengalihkan pandangannya ke salah satu sisi ruangan. Menemukan seorang lelaki yang tengah terlelap di atas sofa. Lelaki itu, Rizky.

Ternyata semua kejadian itu bukan mimpi. Ia benar-benar mencegah lelaki itu untuk pergi. Hal yang sangat ingin ia lakukan sejak membaca surat perpisahan tujuh tahun lalu.

Syifa jadi berpikir, jika saja hari itu, ia berani melakukan hal yang sama, mungkin tidak akan pernah ada perpisahan di antara mereka.

Syifa kemudian bangkit dari posisi tidurnya, ia merintih pelan saat merasakan kedua kakinya yang masih cukup sakit. Pada saat yang sama, Syifa menyadari jika lukanya sudah diobati, ia juga menemukan bekas kompres di atas nakas. Rizky juga sempat mengompres kakinya yang memar.

Orang-orang yang ada disekitarnya pernah cukup keliru dengan menyebut jika Rizky hanyalah sumber masalah dan ancaman untuknya. Padahal kenyataannya, justru lelaki itulah yang selalu ada untuk melindunginya dari bahaya.

Sebelum menghampiri lelaki itu, Syifa sempat meraih selimut yang kemudian ia gunakan untuk menyelimuti tubuh Rizky. Rasanya ia sangat tidak tega, melihat Rizky tidur di sofa. Lelaki itu bahkan tidak mengganti pakaian atau melepas sepatunya, hanya jasnya yang lelaki itu sampirkan pada sandaran sofa.

Syifa juga membantu melepaskan sepasang sepatu Rizky supaya lelaki itu bisa merasa sedikit lebih nyaman. Kemudian Syifa membungkukkan badannya untuk menatap wajah damai itu.

Ada dua hal yang bisa Syifa lihat ketika melihat Rizkynya tertidur. Wajahnya yang menawan dan kejujuran atas apa yang saat itu tengah lelaki itu rasakan. Apakah itu kebahagiaan, rasa lelah, atau bahkan rasa sakit.

"Dulu, aku sangat suka saat melihat kamu tidur Ky. Karena pada saat itu kamu nggak sedikitpun berpura-pura. Aku bisa melihat dan mendengar rasa sakit itu lewat rintihanmu. Walaupun kenyataannya itu juga membuat aku sedih, tapi setidaknya aku bisa ikut merasakannya, kamu nggak sendiri"

"Aku ingin bersama kamu, bukan hanya untuk memastikan supaya kamu akan selalu bahagia. Tapi karena, arti dari kebahagian untukku sendiri salah satunya adalah kamu. Saat-saat kamu menghilang, itu adalah saat-saat yang berat dan menakutkan Ky"

"Pada akhirnya, aku tahu bagaimana rasanya menjalani kehidupan palsu. Seperti yang pernah kamu lakukan"

"Aku selalu gagal menjadikan kamu masa lalu. Jadi, bolehkah kamu saja yang juga menjadi masa depanku?"

Sepasang bola mata Syifa terasa berat dan panas di saat yang bersamaan. Meskipun ia telah berhasil mencegah Rizky pergi dan mereka bersama pada detik ini, namun apa yang ada di depan nanti pasti akan sangat berat untuk mereka hadapi.

***

Setelah tujuh tahun lamanya, mungkin ini adalah pemandangan paling indah yang Rizky temui ketika bangun tidur. Ia menemukan Syifa yang tengah membuka gorden jendela, membuat pantulan cahaya matahari perlahan menembus masuk ke dalam ruangan.

Ia juga mendapatkan senyuman manis dan sapaan selamat pagi dari gadis favoritnya.

"Good morning"

"Good morning"

"Teh dan sarapannya sudah siap"

"Kalau kamu ingin mandi terlebih dahulu, aku akan bantu siapkan pakaiannya"

𝐻𝑒𝒶𝓇𝓉𝒻𝑒𝓁𝓉  (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang