•••
"Kamu mau pilih apa, Cah?"
Yang ditanya tak langsung menjawab, otaknya masih menimbang-nimbang. Namun, berat kedua timbangan seimbang, Icah tak bisa menentukan.
"Ahk! Aku gak tau! Boleh nggak ikut aja gak?" tanya Icah frustasi. "Waktunya, kan, bisa buat nonton film."
"No! Ekskul wajib dikuti semua murid SMA Lintas Cahya!" tegas Rei. Imah ikut mengangguk dengan muka datar.
"Ck! Mhalweszz buanghet tau!" gumam Icah tak jelas lalu merebahkan kepala di meja.
Tadi pagi, sebelum pelajaran pertama dimulai, ketua dan wakil OSIS mendatangi setiap kelas sepuluh untuk pengenalan ekskul sekaligus membagikan formulir pendaftaran ekskul. Istirahat pertama Rei, Imah dan Icah memilih diam di kelas.
"Kalau kamu mau pilih apa, Mah?" tanya Rei.
"Desain." Singkat, padat, jelas. Namun binar mata menyorot penuh semangat yang membara. "Kamu?"
Rei menjawab dengan ragu, "Mm ... jurnal."
"Kamu suka nulis-nulis gitu?" Icah mendongak, menatap Rei.
"Sedikit ...," jawab Rei.
"Kantin aja, yuk!" ajak Icah beberapa saat kemudian. Kedua gadis dihadapannya mengangguk. Baru saja bangkit dari kursi, teman-teman sekelas mereka bergerombol masuk dan duduk rapih. Di belakangnya ada anak-anak OSIS.
"Batas pengumpulan sampai pulang sekolah, kan?" tanya Icah memastikan. Bisa gawat kalau sekarang mereka menagih formulirnya. Tidak mungkin Icah memberikan formulir kosong.
Berbeda dengan tadi pagi, yang berdiri di depan kelas sekarang ada empat orang. Si ketua kelas dengan wakilnya dan ... dua orang lainnya yang tidak asing bagi Imah dan Icah.
"Maaf mengganggu kembali waktu kalian. Kedatangan kami untuk memperkenalkan ekskul baru," jelas Kiki, ketua OSIS. Imah tak berniat menyimak lebih lanjut. Toh, dia juga sudah menentukan akan mengikuti ekskul apa. Segera Imah mengeluarkan benda-benda kesukaannya, pena dan kertas.
"Ekskul ini baru diresmikan tadi pagi. Karena itu tidak ada di dalam daftar ekskul." Chara, wakil ketua OSIS melanjutkan. "Lebih detailnya, Hadza yang akan menjelaskan."
Hadza menatap seisi ruangan. Matanya tertuju pada gadis yang sibuk dengan pena dan kertas. Padahal dia selalu merecokinya. Ah, apa karena Hadza tak memakai jaket? Senyum tipis terlukis di wajahnya.
Ternyata memang benar, Imah hanya tertarik dengan jaketnya. Bukan orangnya.
"Tunggu, gaes! Tunggu!" ujar seorang yang sebenarnya tidak berkepentingan tapi ngotot ikut. "Gue mau duduk dulu. Cangkel. Kasian kaki gue."
Kemana tekad seorang Tama untuk menjadi cowok dingin? Baru sehari sudah lenyap.
"Ngapain ikut kalau cuman mau numpang duduk. Kayak gak ada tempat duduk aja di kelas lo! Mending lo pergi aja deh, Tam," seru Chara jengkel. Perut yang belum terisi dari pagi membuatnya lebih sensitif. Maklumlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hide N Seek
Ficção AdolescenteKetika dunia mengajakmu bermain, dan kamu dituntut untuk mencari. Pencarian yang justru membawa pilu. Apakah kamu akan ikut bermain? Sayangnya, kau tak diperbolehkan menolak. _____ Cepat bersembunyi, dunia sedang mencari pemain baru. ••• Start: 01/0...