1.0 | Bunda, Ceritakan!

343 253 695
                                    

•••

"Bunda ...."

"Bunda ...."

"Bunda ...."

Wanita berusia empat puluh tahun itu mulai terganggu. Dua gadis remaja yang menjadi biangnya memasang wajah tak berdosa.

"Mau sampai kapan kalian mengganggu bunda seperti ini?" sahut wanita itu jengkel. Di hadapannya, dua gadis remaja itu bersorak penuh kemenangan dalam hati. Saling bertatapan melempar kode.

"Sampai bunda menceritakan orangtua kami!"

Wanita yang dipanggil Bunda itu menghela napas kasar. Sebenarnya Bunda tau betul apa yang diinginkan mereka. Hanya saja belum waktunya untuk mereka tau. Beberapa saat Bunda terdiam, menyesali kejadian lalu.

Kejadian yang dimaksud terjadi dua hari yang lalu. Ketika Bunda tidak sengaja menyinggung tentang orangtua kandung Imah dan Icah. Pembahasan yang pasti membuat penasaran bagi semua anak yang tidak mengenal orangtuanya.

"Bunda, liat! Tadi di sekolah, Pi dan sahabat-sahabat Pi buat janji persahabatan." Seorang anak perempuan menghampiri Bunda sembari membawa kertas. "Kita akan bersahabat selama-lamanya ...."

"Alay."

"Ish! Bilang aja Kak Yera iri karena gak punya temen. Huu!" Piya menjulurkan lidah, meledek. Yera membalas dengan tatapan sinisnya lalu kembali sibuk sendiri.

"Bagus." Bunda mengelus pelan puncak kepala Piya.

"Seperti orangtua Imah dan Icah," gumam Bunda pelan sebelum mengembalikan kertas itu. Imah dan Icah yang berada tak jauh dari posisi Bunda, bertatapan. Terkejut sekaligus exited dengan ucapan Bunda.

"Orangtua kita ...,"

"Bersahabat?"

Imah dan Icah menatap Bunda, meminta penjelasan lebih.

"Iya, kayak kalian berdua." Mata Imah dan Icah kembali berbinar, mengharap cerita lebih detail. "Tunggu, kalian umur berapa?"

"Lima belas," jawab mereka bersamaan.

"Kalau gitu nanti, dong!"

"Yah ...." Imah dan Icah ber-yaah kecewa. Beringsut menjauh.

Sudah menjadi peraturan tetap di Panti Asuhan Mentari, jika berumur 18 tahun Bunda akan memberi tau semua hal tentang keluarga dan orangtua kandung—tentu saja jika Bunda tau—tepat di hari ulang tahun. Meski bukan hari ulang tahun yang sebenarnya, karena hari ulang tahun mereka adalah hari pertama menginjakkan kaki di Panti Asuhan. Hal ini dilakukan Bunda agar anak-anak panti tetap merasakan hari ulang tahun yang sering dilakukan anak-anak pada umumnya. Setelah Bunda menceritakan semuanya, Ia memberi pilihan. Tetap tinggal di panti atau mencari keluarga yang sebenarnya.

Keluarga adalah topik yang sensitif bagi anak-anak panti. Seperti Yera, ia benci dengan kata 'orangtua' dan berniat untuk tinggal selamanya di Panti. Atau Piya, yang menganggap Bunda benar-benar Bundanya. Berbeda dengan Imah dan Icah yang terobsesi mencari orangtua mereka. Setiap mereka berulang tahun, selalu mendesak untuk bercerita. Tentu saja gelengan kepala jawabannya. Belum waktunya.

Bunda selalu mengatakan bahwa semua penghuni Panti adalah keluarga. Tak apa tak sedarah, yang penting rasa kekeluargaan itu tetap kuat.

Rasa penasaran sudah mencapai puncak. Imah dan Icah menekadkan diri akan 'meneror' setiap hari sampai Bunda mau menceritakan. Setidaknya, memberikan bocoran. Karena itu, di setiap saat mereka akan memanggil Bunda dengan nada yang ... sedikit menjengkelkan. Entah apa yang membuat mereka tak pernah lelah 'meneror' selama dua hari berturut-turut tanpa henti. Saat inilah, akhirnya Bunda mulai memberikan lampu hijau. Mungkin.

Hide N SeekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang