•••
"Nama gue Reifa Araina dari X IPA 3."
Gadis itu tersenyum ramah di hadapan teman-teman ekskulnya. First impression itu penting, kan?
"Kepanjangan! Gue panggil sayang aja, ya, Sayang!" celetuk seorang laki-laki, kepalanya nongol dari jendela. Rei merasa tak asing dengan suara tersebut. Benar saja, setelah melihat ke jendela ia terbayang sesuatu. Matanya jatuh pada telinga laki-laki tersebut. Sebuah benda terselip di sana. Baru saja terbesit dipikiran, matanya menangkap pula sesuatu itu. Apalagi kalau bukan ... pulpen yang dipinjam beberapa hari yang lalu.
Rei mengarahkan telunjuknya. "Punya gue."
"Aih! Iya, iya ... gue punya lo! Jadi malu!"
"Bukan, pulpennya punya gue! Balikin!" teriak Rei. Ah, runtuh sudah image yang ingin dia bangun. Menjadi ramah dan anggun ternyata sulit, atau ini hanya berlaku pada Rei?
"Balik lu!" teriak seorang laki-laki. Perkenalan hari ini dimulai dari dia, namanya Gara, ketua ekskul jurnalistik. "Gak usah ganggu ekskul gue, urus noh ekskul lo! Balik balik!"
Bukannya pergi, Tama justru meledek. "Sirik bilang bos!"
"Woy! Ngapain lo di sini?! Jadi ketua gak bener banget, sih! Keluyuran ke ekskul lain. Sini balik, ikut gue!" omel seorang perempuan yang mencak-mencak.
"Sante dong, Cacar!" ejek Tama. Rei dan seluruh murid di ruangan itu hanya diam melihat keributan di depan mereka.
"Nama gue Chara! C-H-A-R-A! Bukan cacar!" jelas Chara tanpa menurunkan volume suara. "Sini, lo! Balik sana ke ekskul pramuka!"
"Iya, iya! Tenang!" ujar Tama mengalah. Padahal ia masih ingin berada di sini. "Dah, Sayang!
Rei mendelik jijik. Apa ia akan terus berurusan dengan kakak kelas itu?
Ah! Pulpen Rei ....
----
"Mandi dulu sana! Bau tau!" titah Icah. Ia baru saja keluar dari kamar mandi dan langsung merebahkan diri.
"Iya."
Meskipun Imah mengatakan itu, ia tak bergerak dari posisinya. Mata masih memandang benda pipih di genggaman dan tak menunjukkan tanda-tanda akan beranjak dari meja belajar.
"Iya, iya mulu tapi gak dilakuin! Buruan mandi, keburu magrib dimarahin bunda, lho!" oceh Icah yang dibalas anggukan. Ia kembali merebahkan tubuh di kasur, mengingat perasaan berdebar yang dirasakan beberapa jam yang lalu. Icah tersenyum kecil. Paham dengan apa yang dirasakan. Tentu saja, jangan ragukan pengalaman hidup seorang penonton film sejati. Meski tidak merasakan langsung, pelajaran bisa di dapat.
Icah kembali melirik Imah yang setia di posisinya. Ia berdecak lalu berjalan mendekat.
"Simpen dulu kali! Nunggu apaan sih?" Icah merebut handphone itu. "Aku mau pinjem."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hide N Seek
Fiksi RemajaKetika dunia mengajakmu bermain, dan kamu dituntut untuk mencari. Pencarian yang justru membawa pilu. Apakah kamu akan ikut bermain? Sayangnya, kau tak diperbolehkan menolak. _____ Cepat bersembunyi, dunia sedang mencari pemain baru. ••• Start: 01/0...