17.0 | Kursus Menjahit

134 80 488
                                    

Original pict: pinterest

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Original pict: pinterest

•••

"Kita butuh bantuan, Abang!"

Waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Dua gadis remaja itu 'menculik' laki-laki yang mereka panggil abang.

Imah mencari-cari sesuatu di lacinya. Tiga lembar kertas yang membuat pusing kepala melebihi soal matematika-si ilmu yang menyenangkan, katanya.

"Bang Dre tau jawabannya gak?" tanya Imah menyerahkan kertas-kertas itu. Besar harapan laki-laki di hadapan itu menemukan jawabannya.

"Udah berminggu-minggu kita gak bisa pecahin bocoran ini, Bang. Berasap terus kepala aku. Cari di google pun gak bisa, di kamar bunda gak ada kunci jawabannya. Lelah hati ade, Bang!" dramatis Icah yang sudah tergabung dengan korban-korban sinetron. Suara jitakan terdengar disusul ringis kesakitan. Imah melotot, menyuruh diam. Andrew terlihat sedang berpikir tanpa bertanya-tanya.

"Hemm ...."

Dua detik, "hemmm ...."

Lima detik, "heeeeeeemmmmm ...."

Tujuh detik. "Ngapain kalian kasih ini?"

Pupus, pupus sudah harapan Imah dan Icah mendengar Andrew berbicara.

"Ah! Abang mah!!" kesal Icah yang langsung disambut gelak tawa Andrew.

"Bercanda, bercanda ...." Andrew tertawa puas, memang selalu seru menjahili adik-adiknya ini-meski bukan adik kandung. "Dari Bunda?" Anggukan kedua gadis di hadapan Andrew menjadi jawaban.

Andrew tidak langsung memberi tau jawabannya, ia justru menatap lekat dua adiknya yang juga merangkap sebagai teman masa kecil.

"Kenapa sekepo itu sama orang tua kalian?" tanya Andrew serius. Imah dan Icah saling pandang.

-----

Siang itu matahari tampak malu-malu menunjukkan sinarnya. Bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Hampir semua murid menuju kantin, memenuhi permintaan perut masing-masing. Berbeda dengan mereka, seorang gadis berjilbab itu lebih memilih mengambil buku dan pensil lalu berjalan menuju taman belakang. Tempat ternyaman untuk menggambar.

Seorang laki-laki menghampiri gadis yang sibuk dengan buku dan pensil. Taman belakang sekolah terlihat sangat damai, meski wajah gadis itu terlihat sangat serius. Sesaat, laki-laki itu menyunggingkan senyum tipis.

"Ngapain?" Laki-laki itu memberanikan diri bertanya setelah duduk tepat di sebelah gadis itu.

"Gak bisa liat?" ketus gadis itu. Tak bisakah orang-orang di sekitarnya tidak menanyakan hal yang sudah diketahui jawabannya?

"Gambar apa?" tanya laki-laki itu setelah diam sebentar.

"Turut berduka atas butanya mata Kak Hadza." Masih dengan nada ketus, gadis itu menjawab. Oh ayolah, apa dia tak merasa rugi mengeluarkan kata yang tidak berguna itu?

Hide N SeekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang