Ketika dunia mengajakmu bermain, dan kamu dituntut untuk mencari.
Pencarian yang justru membawa pilu.
Apakah kamu akan ikut bermain?
Sayangnya, kau tak diperbolehkan menolak.
_____
Cepat bersembunyi, dunia sedang mencari pemain baru.
•••
Start: 01/0...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•••
Tring!
Icah membeku. Belum sempat ia melihat notifikasi apa yang masuk, handphone sudah disambar oleh Imah. Mata berbinar, perasaan menggebu dan senyum kecil yang menghiasi wajah Imah.
"Main ambil-ambil mulu! Balikin, aku masih mau pake tau!" Icah berusaha merebut kembali tapi tak bisa. Imah pintar sekali soal menghindar. Tangan Imah mengusap layar itu, melihat notifikasi apa yang masuk. Hatinya bergejolak, akhirnya!
Tangan Imah berhenti bergerak, senyumnya menguap, tatapan meredup. Hatinya kembali bergejolak, tapi kali ini karena amarah atau mungkin ... kecewa.
Memang ada pesan masuk, tapi bukan pesan yang ditunggu. Kekecewaan Imah membuatnya mematikan suara notifikasi dan menyalakan mode jangan ganggu. Lalu melemparnya ke arah Icah. Imah kembali terduduk. Icah hanya diam melihat perubahan sikap Imah.
Icah kembali sibuk dengan handphone juga Imah yang tenggelam dalam goresan sketsa. Selang beberapa menit, notifikasi baru muncul tanpa suara. Ah, ini dia notifikasi yang Imah tunggu.
082****** Besok dimana?
Icah melirik Imah yang terus menggoreskan pena. Rencana jahil yang tersusun beberapa saat lalu kembali dilakukan, Icah tersenyum samar.
"Aku baik, kok, Mah."
Icah terkekeh pelan.
"Kak Imah, Kak Icah! Hayu, sholat!" Seruan Yera membuyarkan monolog dalam pikiran Icah. Icah kembali mengusap layar, menyimpannya sembarang. Lalu bergegas turun. Sedangkan Imah, tak butuh waktu lama setelah seruan Yera, langsung turun.
"Maaf, Mah. Hihi!"
-----
Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Selesai shalat isya, semua anak panti berkumpul untuk sekedar mengobrol atau makan malam.
"Ah, apa mungkin ia sibuk? Kenapa gak kepikiran dari tadi! Mana mungkin pulang rumah langsung chat," pikir Imah tiba-tiba. "Jangan-jangan, sekarang udah ada!"
Cekatan, Imah memasuki kamarnya. Mengambil handphone dan mengusap layar. Baru terpikirkan kemungkinan lain yang bisa saja terjadi.
Ah, benar dugaannya.
"Diarsipkan. Kalau urusan arsip-arsip pesan, cuman satu orang yang mungkin ngelakuin."
"ICAH!!!" teriak Imah geram.
"Iya, zheyenk? Mencari bidadari syurga yang cantik jelita ini?" jawab Icah tanpa rasa berdosa.
"Kamu, kan!" Imah memperlihatkan layar handphone tepat di depan wajah Icah.