22.0 | Jawaban

55 30 231
                                    

Original pict: mine•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Original pict: mine
•••

"Ini kamar siapa?"

Gadis kuncir kuda itu menunjuk sebuah kamar yang berada tepat di pinggir tangga. Saat ini mereka tengah berada di lantai dua. Icah menjelaskan dengan detail setiap inci rumah ini. Namun melupakan hal yang cukup penting, yaitu kamar yang ditunjuk Rei.

"Ini kamar Abang. Dia orang pertama yang ada di panti ini. Dia juga orang pertama yang diadopsi. Semenjak dia diadopsi, aku gak pernah lihat kamar ini dibuka. Kamar ini ... kamar legend! Kalau masuk, dijamin hati kamu adem dan nyaman, deh," jelas Icah panjang lebar.

"Kok bisa gitu?"

"Ya ... bisa aja," jawab Icah asal. "Meski begitu, isinya, sih, kayak kamar biasa. Kalau kamar aku istimewa!"

"Kamar kita!" seru Imah dari dalam kamar.

"Ya, ya, ya, maksudnya kamar kita," ralat Icah dilanjutkan dengan berbisik pada Rei. "Sebenarnya enggak sih, dia cuman numpang doang." Rei terkekeh kecil.

"Dan ... inilah kamar kita," seru Icah semangat berdiri tepat di depan pintu kamarnya.

"Kembar Hujan's Room?" Rei membaca tulisan yang menggantung di pintu.

"Aku dan Imah suka banget sama hujan. Kalau hujan, pasti selalu basah kuyup. Kita anti payung dan jas hujan. Makanya Bunda kasih julukan begitu."

Rei mengangguk-angguk paham. Ia menyusuri tiap jengkal kamar itu. Dua meja belajar yang berhimpitan, dua kasur yang cukup untuk satu orang, lemari dan kamar mandi. Rei kembali mengangguk paham mengapa kamar ini dikatakan kamar istimewa. Ia melihat sebuah pintu lain yang menuju entah kemana. Paham dengan pandangan Rei, Imah membuka pintu tersebut.

"Balkon," ucapnya.

Mata Rei berbinar, ini berbeda dengan panti asuhan dalam bayangannya. Tempat ini layaknya rumah seperti biasa.

"Bunda Pala keren banget bisa buat panti asuhan kayak gini," ujar Rei berdecak kagum. Imah dan Icah mengangguk setuju. "By the way, nama Bunda lucu, ya. Pala ... jadi inget kepala."

"Itu bukan nama Bunda," tutur Imah.

"Bunda Pala itu sebutan dari tetangga, singkatan dari kepala. Maksudnya Bunda Kepala Panti." Icah menjelaskan sambil beringsut duduk di tepi kasur. Imah dan Rei mengikuti.

"Terus nama Bunda apa, dong?" Kedua gadis berjilbab itu menggeleng, tak tau.

"Ini emang kedengeran aneh, tapi ... sejak awal kita gak pernah tau nama Bunda. Sampai-sampai kita merasa nama Bunda ya ... Bunda."

Memang sangat aneh, hal itu membuat Rei heran. Sepertinya tempat ini bukan panti asuhan biasa. Seolah banyak rahasia tertimbun di tempat ini.

"Suami Bunda kerja juga di hari sabtu?"

Hide N SeekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang