Ketika dunia mengajakmu bermain, dan kamu dituntut untuk mencari.
Pencarian yang justru membawa pilu.
Apakah kamu akan ikut bermain?
Sayangnya, kau tak diperbolehkan menolak.
_____
Cepat bersembunyi, dunia sedang mencari pemain baru.
•••
Start: 01/0...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•••
"Bunda suka matematika atau gimana, sih? Kenapa bocorannya angka terus!"
"Bisa jadi."
"Bunda suka angka satu dan nol, deh, kayaknya. Semua angkanya satu dan nol doang."
"Bisa jadi."
"Atau mungkin suka angka 5?"
"Bisa jadi."
Icah memandang sinis, kesal dengan jawaban sama yang terus berulang keluar dari gadis di hadapannya.
"Dari tadi, bisa jadi bisa jadi, mulu. Bantuin kek!"
"Jadi bisa."
"MAH!" Icah memandang kesal.
"Mungkin ini dibagi lima?" komentar Imah setelah meneliti kertas di genggamannya beberapa saat. Bisa gawat kalau dia menjawabnya dengan candaan lagi.
Masih kesal, Icah menjawab ketus. "Gitu, dong! Kasih saran kek, bantu kek, kasih pendapat jangan diem aja."
Malam itu, Imah berhasil memecahkan bocoran pertama yang diberikan Bunda. Namun, hasilnya hanya beberapa huruf acak yang sepertinya tidak bisa membentuk sebuah kata. Mungkin saja, jawabannya salah. Tak menangkap maksud dari bocoran pertama, akhirnya mereka memutuskan untuk beralih ke bocoran selanjutnya.
Kini, Icah mengamati sembari memikirkan komentar Imah. Sungguh, Icah benar-benar tidak mengerti maksudnya. Kenapa juga Bunda bisa-bisanya buat bocoran yang gak bisa di cari di google?
Kertas dengan angka satu dan nol itu benar-benar menghabiskan kapasitas otak Icah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Terus, maksudnya yang dicoret itu apa?" tanya Icah yang otaknya tak bisa berjalan lagi.
"Coret dulu ... sisanya dibagi lima?" jawab Imah ragu. Ia mengambil pensil dan mencoret-coret kertas tersebut.
"Lha, kok ditambahin? Katanya dibagi lima," ujar Icah sewot melihat Imah menjumlahkan angka-angka yang tidak dicoret.
Bukannya menjawab, Imah bertanya balik dengan nada jengkel. "Nol bisa dibagi lima? Satu bisa dibagi lima?"