21.0 | Adik Hadza

63 36 334
                                        

Original pict: pinterest•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Original pict: pinterest
•••

Seorang gadis berjilbab itu sedang menatap layar handphone intens. Entah apa yang tengah ditampilkan layar itu hingga membuat fokusnya tercurah seluruhnya.

"Imah kemana, Cah?" tanya wanita yang baru saja turun dari tangga. Merasa terpanggil, gadis tersebut mengalihkan pandangan. Icah berpikir keras, bagaimana ia menjawab pertanyaan itu. Karena tidak mungkin ia menjawab jujur.

"Enng, ituu ke ... kerja kelompok!" jawab Icah gugup. Ya, sudah dipastikan ia berbohong. Pasalnya ia sudah berjanji tidak akan memberi tau Bunda bahwa Imah ikut kursus menjahit.

"Kerja kelompok? Dimana?"

"Di ... eh di rumah Rei, Bunda." Icah terus berusaha terlihat biasa saja meski sulit. Dalam hati ia terus merapal doa agar Bunda percaya dengan kata-katanya.

"Rei? yang mau nginep itu, kan? Kenapa kerja kelompoknya gak di sini aja?" tanya Bunda lagi, seolah masih ada yang mengganjal. Ia memperhatikan gerak-gerik gadis di hadapan yang terlihat gelisah.

Aduh! Kenapa sebut Rei, sih! Jawab apa dong!!

Selagi batinnya merutuki kebodohan, otak Icah terus memikirkan alasan yang masuk akal. "Itu soalnya ... kerja kelompoknya ... emm itu, emm ha-harus bertiga. Iya! Rumah yang seorang lagi jauh, kasian kalau ke sini. Jadinya di rumah Rei." Icah tersenyum getir berharap Bunda percaya dengan jawaban asalnya dan berhenti bertanya. Bunda mengangguk-angguk lalu melenggang pergi. Saat itu juga, Icah menghembuskan napas lega. Untung saja ....

Di sisi lain, Imah baru saja sampai di tempat kursus. Hati berbunga-bunga dan jantung berdegup kencang. Mata terus memandang gedung di hadapan dengan binar yang indah. Hal yang ia idamkan kini akan terwujud sedikit demi sedikit.

"Gedungnya gak akan roboh, kok."

Imah terkejut dan langsung menoleh ke sumber suara. Tampak sosok laki-laki yang tak asing bagi matanya tengah memamerkan gigi.

"Emang siapa yang bilang gedungnya roboh?" decak Imah.

"Lagian kamu kenapa gak masuk?"

"Ini mau masuk." Imah melangkahkan kaki tanpa menunggu laki-laki itu. Hadza tersenyum dan ikut melangkah masuk.

Kursus dimulai, seorang wanita berusia tiga puluh dua berdiri di depan kelas, menyita atensi seluruh penghuni kelas. Imah memerhatikan dengan serius. Hari ini mereka akan mempelajari cara menjahit manual. Setiap orang diberikan dua kain, jarum dan benang. Mereka harus menyambungkan kain tersebut dengan kuat, cara menjahitnya dibebaskan. Kata wanita itu, hal ini bertujuan agar kita mengetahui cara menjahit yang tepat dan kuat untuk menjahit baju.

Di hari pertamanya, Imah kelimpungan. Memasukkan jarum saja ia butuh waktu yang lama. Mata terus melirik kanan kiri, mencari tau yang mereka lakukan pada kain itu. Imah benar-benar tak tau harus apa. Ini pertama kali baginya, jadilah ia hanya diam. Hadza yang melihat itu menghampiri Guru Jahit dan memintanya mengajarkan Imah. Segera guru itu menghampiri Imah dan membantunya.

Hide N SeekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang