14.0 | Handphone Baru?

151 107 539
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Kenapa bisa kepikiran kayak gitu?" tanya Icah tiba-tiba.

"Kepikiran apa?"

"Nih, cara pecahin bocoran bunda."

Imah mengingat-ingat, "dari ucapan Kak Hadza."

"Hem ... kalau gitu aku tanya juga, deh!" seru Icah yang langsung mendapatkan penolakan.

"Gak."

Icah menatap heran. Pandangan mata menanyakan, mengapa? Suara cicak mengisi keheningan di antara mereka. Imah masih terdiam, cicak terus bersuara bersahutan dengan denting jam dinding. Tiba-tiba ... suara lain menghiasi langit kamar. Tak hanya suara, bau busuk menerobos indra penciuman.

"Lega ...."

"BUKA PINTU, JENDELA, SEMUA!!" teriak Imah menutup hidung. "Sumpah, Cah! Gak lucu!"

"Aku gak melucu, cuman kentut."

Melihat tak ada pergerakan dari biang bau busuk ini, Imah berjalan cepat membuka pintu dan jendela. Membiarkan bau itu terhanyut angin malam. Imah membalikkan badan, mendapati Icah yang sedang meraih ponsel.

"Mau apa?"

"Chat Kak Hadza. Siapa tau bisa pecahin bocoran kedua Bunda," jawab Icah santai. Tangannya sibuk mengusap layar, bergerak naik turun mencari kontak Hadza. "Kamu simpen kontak Kak Hadza pake nama apa? Kok gak ada nama Hadza."

"Dibilang gak usah. Belum tentu juga dia bisa pecahin." Imah merebut handphone, mengamankan di belakang punggung.

"Belum tentu juga dia gak bisa pecahin. Tanya dulu apa salahnya?" heran Icah. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan Imah. Entah apa itu. Icah mengerucutkan bibir, kembali melihat kertas bocoran di hadapan.

"Jangan bawa-bawa orang asing di permainan ini." Icah mendongak, menatap punggung Imah yang tenang.

Ya, jangan sampai orang asing manapun mencampuri permainan ini. Karena mereka tidak ikut bermain, kan?

Dunia, pemainmu hanya mereka berdua saja, kan?

----

Telepon dini hari mengusik waktu tidur Bunda. Suara nyaring membuat mata terbuka. Bunda mengambil handphone dan melihat sebuah nama terpampang di layar sebagai penelpon. Kantuknya hilang seketika. Napas tercekat degup jantung terasa lebih cepat. Bunda mati-matian membuat dirinya tenang.

Kenapa tiba-tiba dia menghubungi lagi?

Jari Bunda menekan tombol hijau. Telepon tersambung.

"Kurang uang?!"

Kalimat pertama yang terdengar. Bunda tak langsung menjawab. Ia berpikir, mau dibawa kemanakah pembicaraan ini.

Hide N SeekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang